Allah Hanya Minta Kita Bertakwa Untuk Mengatasi Persoalan Kehidupan

Allah Hanya Minta Kita Bertakwa
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Kepanikan melanda para pemimpin dunia, menyusul hadirnya berbagai pertanda akan terjadinya keruntuhan sistem ekonomi politik yang diperkirakan sejumlah analis akan seperti era tahun 1930-an.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Krisis politik yang dipicu invasi Rusia ke Ukrania, berdampak luas. Tapi sesungguhnya ini hanya satu sekuel dari serangkaian sekuel yang akan menyertai perang dingin ekonomi antara Blok Barat, Amerika dan sekutu utamanya, dengan Blok Timur–Rusia dan Tiongkok.

Jauh “dikedalaman”, arus dari krisis besar yang sedang dihadapi ini, tiada lain adalah sifat rakus dan tamak dari kedua blok ekonomi dunia tersebut. Mereka enggan berbagi satu sama lain. Alih-alih sifat rakus dan tamak itu, telah mendorong nafsu hewani untuk saling memangsa satu sama lain.

Amerika dengan sekutu Baratnya, telah menikmati berbagai kemewahan dengan mengendalikan globalisasi, dihantui ketakukan munculnya Tiongkok sebagai pesaing. Ekspansi ekonomi Tiongkok keberbagai belahan dunia, setelah Tiongkok memperoleh kemajuan atas “kebaikan” negara-negara Barat berinvestasi di negerinya, dipahami sebagai bentuk kekurang ajaran Tiongkok kepada Barat. Dilain pihak, Tiongkok yang berhaluan sosialisme-Komunisme itu memang tidak mengenal istilah akal Budi apalagi balas budi. Apa yang mereka capai, dipahami sebagai kesuksesan mereka sendiri, bukan karena adanya bantuan dari Barat. Besarnya investasi Barat ke negara Tiongkok dipahami sebagai “bisnis semata” dan apa salahnya jika setelah mereka memiliki kemampuan ekonomi yang kuat, mereka menyingkirkan Barat, mengambil supremasi atas kendali globalisasi.

Berkelindan kerakusan dan ketamakan Komunis Tiongkok yang ingin mengendalikan globalisasi dalam kerangka hegemoni komunisme internasional, Rusia yang dipimpin Putin melihat adanya peluang untuk mengembalikan kejayaan Tsar Rusia di era Uni Sovyet. Maka terjadinya aliansi Rusia-Tiongkok, dalam menghadapi Amerika dan sekutunya, dapat dibaca sebagai ambisi untuk mengambil alih supremasi atas globalisasi dari tangan Amerika dan sekutunya.

Tentu saja, Amerika dan sekutunya mengalami gejala post power syndrome, yang akut. Konflik yang awalnya lebih bernuansa perang dingin ekonomi, lalu bergeser menjadi perang terbuka. Prosesnya masih sedang memasuki tahapan persiapan yang banyak diprediksi akan memicu perang dunia ketiga. Itulah kenapa para analis, para think-tank global membaca situasi yang sedang berlangsung dengan mengamati fenomena pola hubungan ekonomi politik era 30-an, yang menghasilkan perang dunia kedua satu dekade setelahnya.

Jika krisis pangan, krisis mata, krisis energy, yang sedang melanda saat ini tidak kunjung teratasi, dapat dipastikan deplasi ekonomi akan melanda sejumlah negara, tidak terkecuali negara adidaya seperti Amerika. Dan pergerakan ekonomi-politik, serta kontraksinya terhadap sistem global, baru akan memuncak lima atau 6 tahun mendatang, jika tidak lebih cepat.

Pertemuan G-20 di Bali, salah satu momentum mendinginkan situasi, minimal memperlambat proses ekskalasi konflik ekonomi politik, menjadi konflik militer secara terbuka.

Namun, jikapun pertemuan G-20 di Bali itu sukses “mendinginkan” situasi, kesuksesan itu hanya berisifat ad-hoc, dan masih memerlukan upaya tindak lanjut secara marathon guna menjaga proses pendinginan dapat berlangsung hingga menemukan titik equalibrium baru.

Namun sebaliknya, jika G-20 di Bali, gagal menghasilkan solusi menuju perdamaian, maka ekskalasi menuju konflik militer terbuka, ( perang dunia ketiga) bisa lebih cepat dari yang diprediksi. Dan jika hal itu terjadi, kembalinya situasi era 30-an (atau lebih buruk lagi), bisa jadi kenyataan.

Menuruti hawa nafsu, memupuk sifat tamak dan rakus, memang hasilnya hanyalah kehancuran bagi manusia.

Lalu jika anda bertanya, apa solusinya mengatasi keadaan yang sedang dihadapi? Ingatlah pesan Allah SWT, “jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa kepada Allah, maka Allah akan turunkan keberkahan dari langit, dan bumi”.

Sistem ekonomi riba, rente, produk manusia rakus dan tamak, hasilnya itulah penyebab datangnya azab Allah.

Sebagai bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa, Indonesia semestinya bisa terbebas dari ancaman keruntuhan ekonomi dunia ini. Jika saja bangsa Indonesia dan terutama pemerintahnya benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.

Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya hanya kepada-Nya saja, orang-orang yang beriman bertawakal.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *