Prof Haedar Nashir: Sekarang Perlu Ada Gerakan Aktualisasi Keimanan

Gerakan Aktualisasi Keimanan
Prof Haedar Nashir
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Iman merupakan salah satu trilogi Islam untuk membangun kekuatan. Demikian kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir MSi saat tengah menerangkan bagaimana Islam membangun peradaban berkemajuan.

Di Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik, Prof Haedar—sapaannya—menekankan, iman sebagai pondasi kokoh dari umat Muslim. “Kita paham rukun iman, kita meyakininya, bahkan menjadikannya sebagai kunci kita beragama,” ujarnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Kita sudah yakin kita percaya, bahkan selalu melekatkan diri bahwa kita iman kepada Allah dan pondasinya adalah tauhid, laa ilaaha illaallah,” imbuhnya, Senin (11/7/22) bakda Isya.

Maka tantangannya kini, menurut Prof Haedar, bagaimana menjadikan iman sebagai gaya hidup. Baik dalam dimensi yang bersifat diniyah (keberagamaan) maupun yang bersifat muamalah duniawiyah.

“Bagaimana menjadikan iman itu sebagai roh yang selalu mengontrol hidup kita, membawa arah hidup kita, agar selalu berada di jalan-Nya, dalam hidayah-Nya, dalam taufik-Nya, dan dalam shiratal mustaqim-Nya,” tutur pria kelahiran Bandung, 25 Februari 1958 itu.

Tiga Ciri Orang Beriman 

Prof Haedar menerangkan, iman selalu lekat dengan takwa. Ada tiga cirinya seperti dalam Ali Imran ayat 134.

الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡكٰظِمِيۡنَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِيۡنَ عَنِ النَّاسِ‌ؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡنَ‌ۚ

Artinya, “(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”

Dari ayat itu, Prof Haedar menerangkan ciri pertama. “Orang beriman gemar terus berinfak dan bershadaqah di kala susah maupun, lebih-lebih, di kala longgar. Nah itu harus jadi praktik hidup!” tuturnya.

Kemudian dia mengimbau jamaah lebih giat berinfak-bershadaqah, dengan menyesuaikan kemampuan. “Kan bawaannya (menginfakkan uang) gambar Soedirman atau sekarang Soekarno-Hatta itu kan berat. Kalau keluar yang merah itu dimasukkan lagi. Yang diambil (uang) gambar Gunung Maitara,” candanya.

Baca sambungan di halaman 2:

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *