Membangun Peradaban Bernilai Tinggi

Membangun Peradaban Bernilai Tinggi
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Tema tentang pembangunan peradaban yang menyelamatkan (islami), sudah semestinya terus syiarkan guna mengisi ruang-ruang publik. Bagaimana pun bentuk dan warna peradaban itu sangat dipengaruhi oleh wacana mainstream apa yang mendahuluinya. Jika pada suatu masyarakat wacana yang dikonstruksi mengisi ruang-ruang publik adalah wacana yang bernilai “tinggi” maka cepat atau lambat, masyarakatnya akan menghasilkan suatu wujud peradaban yang juga tinggi, yang didalamnya harkat dan martabat manusia dimuliakan. Peradaban tinggi lagi memuliakan harkat dan martabat kemanusiaan ini tentulah peradaban dinantikan oleh semua manusia. Sebuah bangunan peradaban yang menyelamatkan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sebaliknya, jika ruang publik disuatu masyarakat dipenuhi dengan wacana yang bernilai “rendah”, tidak memuliakan harkat dan martabat manusia, tentu akan jauh dari harapan setiap orang, karena akan mendatangkan nestafa bagi manusia dan kemanusiaan.

Budaya Islami

Dalam suatu hadits Nabi Muhammad SAW bersabda:

الإسلام لو لا لم ليه

“Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya.” [H.R. ad-Daruquthni, dan al-Baihaqi]

Hadits Rasulullah ini adalah sebuah kesimpulan atas sebuah proses yang berkesinambungan dalam pelaksanaan ajaran Islam. Hadits ini memberi petunjuk kepada seluruh kaum Muslimin bahwa nilai-nilai dari ajaran Islam itu sangat tinggi, mulia hingga tidak ada ajaran (agama) apapun yang dapat menandingi kemuliaan kandungannya. Tentu saja sebuah pernyataan harus dibuat menjadi kenyataan. Dijadikan nyata, dibuat menjadi berwujud dalam realitas empirik. Sebuah pernyataan tidak akan terwujud dengan sendirinya tanpa adanya usaha mewujudkannya dalam perbuatan, karya atau seringkali lebih akrab disebut dengan amal saleh.

Budaya dari sisi sebuah proses membangun peradaban, posisinya adalah sebagai amal ilmiah, sebuah tahap yang mendahului sekaligus menjadi landasan suatu amal saleh. Amal saleh dengan demikian didirikan dengan ilmu pengetahuan (science) sebagai tiangnya. Tentu saja tiang mesti ditancapkan pada sebuah pondasi yang kokoh, kuat agar tidak goyah mesti menanggung beban atau tantangan yang berat. Fondasi ini adalah Iman dalam tauhid laa ilaha illa Allah, Muhammadurrasulullah.

Budaya islam, atau tepatnya “budaya yang islami”, sehubungan dengan sabda Nabi Muhammad saw diatas, “Yang tinggi, dan tidak ada yang lebih tinggi darinya”, merupakan sebuah visi masa depan peradaban muslim. Ia mesti diupayakan pencapaiannya.

Dalam proses pencapaiannya, sebagaimana telah dikemukakan diatas, mesti dengan amal ilmiah. Mesti dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknology. Dengan demikian ajaran Islam (baik Al-Quran maupun Hadits Rasulullah) yang masih bersifat doktrinal, mesti diinterpretasi agar menghasilkan amal ilmiah. Al-quran itu gudangnya perbendaharaan ilmu pengetahuan. Ia ibarat samudera pengetahuan. Kunci-kunci penguasaan science bagi kebutuhan membangun peradaban hingga kiamat tiba, semuanya terdapat Al-quran. Sebab itu, amal ilmiah mestilah menjadikan Al-quran itu sebagai kamus tetapnya, kurikulumnya dalam sistem pendidikan kaum muslimin, sekiranya pada suatu negeri Al-quran belum dijadikan sebagai kurikulum pendidikan. Inilah salah satu alasan kenapa hadits Nabi diatas mengatakan bahwa “Islam itu tinggi” atau peradaban Islam itu bernilai tinggi. Karena ia dibangun dari sebuah cetak biru peradaban yang “diturunkan dari sisi Al-Haqq Azza Wajalla, Yang Maha Tinggi”.

Peradaban Islam dengan demikian adalah peradaban tinggi, ia merupakan perwujudan dari nilai-nilai ajaran Islam yang terdapat dalam kitab suci Al-quran. Sebuah kitab yang sesungguhnya diturunkan bagi seluruh manusia dari sisi khadirat Ilahi Rabbi, namun hanya sedikit yang meyakini dengan sebenar-benarnya yakin akan kebenarannya. Sekalipun demikian, kebenaran pasti akan menemukan jalannya sendiri. Tidak diperlukan banyak ahli dalam memahami Al-quran secara mendalam. Sebab itu Allah swt pun tidaklah mengutus banyak Nabi dan Rasul guna memberikan penjelasan akan isi kandungan Al-quran. Allah pun memberi isyarat bahwa tidak banyak diantara manusia itu yang bersyukur telah diberi nikmat yang besar seperti Al-quran. Allah juga memberi isyarat agar ada segolongan diantara manusia yang mengambil peran mencegah merajalelanya kemungkaran, kemaksiatan. Tentu saja golongan seperti ini, mestilah muncul dari mereka yang telah melaksakan amal ilmiah atas kandungan Al-quran.

Sebab itu, dalam kaitannya dengan “amal ilmiah”, dibutuhkan suatu atau semacam sebuah tim kecil yang fokus dalam urusan amal ilmiah Al-quran ini.

Note: Catatan ini masih akan diteruskan pada bagian kedua, Insya Allah.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *