Jalur Gaza Kembali Memanas, Rusia Mendadak Bersikap Tegas: Dukung Kemerdekaan Palestina!

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Konflik antara pasukan militer Israel dan Palestina di Jalur Gaza kembali memanas.

Konflik bermula ketika pasukan militer Israel melancarkan serangan udara ke wilayah Jalur Gaza.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Serangan itu kemudian dibalas Palestina dengan meluncurkan roket milisi, Sabtu (6/8/2022).

Melihat hal ini, Rusia mendesak semua pihak yang terlibat konflik Israel-Palestina menahan diri.

Hal tersebut dikatakan Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam pernyataan yang dirilis pada Sabtu (6/8/2022).

Ia meminta semua pihak agar kembali ke situasi gencatan senjata berkelanjutan.

“Moskow sangat khawatir tentang suatu babak baru kekerasan bersenjata di zona konflik Israel-Palestina,” ujar Zakharova dalam pernyataannya sebagaimana dikutip TASS.

“Kami meminta semua pihak yang terlibat menunjukkan pengekangan diri maksimum, mencegah eskalasi aktivitas militer dan segera kembali ke (situasi) gencatan senjata berkelanjutan,” tambahnya.

Zakharova menyebut, tensi di sekitar Gaza meningkat setelah Israel meluncurkan serangan udara yang dibalas tembakan roket oleh kelompok milisi Palestina.

“Menurut informasi terkini, serangan Israel membunuh 10 orang Palestina dan menimbulkan lebih dari 80 korban luka,” kata Zakharova.

Menurut informasi terbaru yang dirilis otoritas Palestina pada Sabtu (6/8/2022), jumlah korban tewas akibat serangan Israel telah bertambah menjadi 11 orang.

“Kami sangat khawatir dengan perkembangan-perkembangan ini, yang dapat berujung ke sebuah konfrontasi militer skala penuh dan memperberat lebih jauh situasi kemanusiaan yang sudah menyedihkan di Jalur Gaza,” kata Zakharova.

Zakharova pun menyatakan bahwa posisi Moskow terhadap konflik Israel-Palestina tegas, yakni mendukung upaya mencari solusi komprehensif dan jangka panjang berdasarkan prinsip dua negara Israel-Palestina.

“Kami sekali lagi menggarisbawahi bahwa hanya mungkin mengakhiri siklus kekerasan melalui proses negosiasi yang harusnya berujung ke implementasi dari hak sah rakyat Palestina mendirikan negara merdeka di antara perbatasan tahun 1967 (sebelum Perang Arab-Israel),” ujarnya.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *