Patahkan Klaim Polri Soal Korban Kanjuruhan, Mahfud MD: Korban Meninggal Bukan Karena Kerusuhan, Tapi Akibat Gas Air Mata

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Ketua Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) kasus Stadion Kanjuruhan, Mahfud MD, membantah telak klaim Polri soal penyebab kematian dalam tragedi tersebut.

Menko Polhukam itu menegaskan, seluruh korban tragedi Kanjuruhan, dari mulai kategori luka ringan hingga meninggal dunia, adalah korban semprotan gas air mata.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Yang mati dan cacat, serta sekarang kritis, dipastikan itu terjadi karena desak-desakan, setelah ada gas air mata yang disemprotkan, itu penyebabnya,” ungkapnya dalam keterangan pers, Jumat siang, 14 Oktober 2022.

Lebih lanjut lagi, di depan wartawan, dirinya menggambarkan betapa mengerikannya detik-detik peristiwa berdarah tersebut, dalam rekaman CCTV.

Mahfud MD mengatakan, korban berjatuhan bukan karena kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, melainkan karena kepanikan saat hendak menjauhi gas air mata.

Adapun rekaman CCTV terkait, diketahui telah beredar luas di media sosial serta disiarkan lewat televisi.

Namun, kata Mahfud MD, fakta yang ditemukan pihak TGIPF justru jauh lebih ngeri daripada potret yang beredar bagi publik.

“Fakta yang kami temukan, korban yang jatuh, proses jatuhnya korban jauh lebih mengerikan dari yang beredar di televisi maupun medsos,” ungkap dia.

Mahfud MD mengatakan, pihaknya sudah merekonstruksi sebanyak 32 rekaman CCTV yang dimiliki aparat kepolisian. “Jadi itu lebih mengerikan dari sekadar semprot mati semprot mati gitu,” ucapnya.

Dia menguraikan, kepanikan akibat letusan gas air mata, mendorong penonton berdesakkan dan saling tumpuk.

Bahkan, dengan lebar pintu yang tak seberapa, banyak di antara penonton yang habis nyawa akibat terjatuh dan terinjak-injak.

“Ada yang saling gandengan untuk keluar bersama, satu bisa keluar, satu tertinggal, yang di luar balik lagi untuk nolong temannya, terinjak-injak, mati,” ucap Mahfud MD.

Selain itu, lanjut Mahfud MD, CCTV yang direkonstruksi juga merekam momen heroik suporter. Bagaimana upaya mereka untuk memberikan bantuan pernapasan rekannya yang tak lagi bisa bernafas sendiri.

Nahas, momen haru itu justru ikut membunuh sang penolong, lantaran upaya tersebut membuat dia turut diberondong ratusan kaki.

“Lebih mengerikan dari yang beredar, karena ini ada di CCTV (yang direkonstruksi TGIPF),” ujarnya.

Sumber

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *