Berkaca Dari Brazil dan Malaysia, Ridwan Kamil: IKN Bakal Sepi Kalau Isinya Cuma Andalkan PNS

Ridwan Kamil (foto istimewa)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur sudah mulai berjalan pembangunannya. Namun Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menilai IKN yang nantinya bernama Nusantara bisa terancam jadi kota yang sepi kalau hanya diisi oleh PNS.

Ancaman itu bisa terjadi apabila IKN tidak bisa menarik populasi masuk ke dalam kota dan hanya mengandalkan pegawai pemerintahan sebagai populasi utamanya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“IKN its a long term (project), sebuah PR besar. Karena gimana attract populasi pindah ke sana its a challenge,” ujar Ridwan Kamil dalam diskusi Synergy Ngopi dengan Jababeka di President University, Cikarang, Jawa Barat, Jumat (21/10/2022).

Menurutnya apabila IKN hanya diisi oleh PNS maka akan sangat sulit sekali kawasan itu sukses menjadi sebuah kota yang sukses dan hidup.

“Jadi yang akan bapak ibu lihat 10 tahun ke depan hanya populasi PNS aja, being a city, menjadi kota tidak bisa. Harus ada informality-nya, harus ada non government population-nya,” kata Ridwan Kamil.

Ancaman IKN menjadi kota sepi ini, kata Ridwan Kamil, sudah dia sampaikan ke Presiden Joko Widodo. Pada intinya dia meminta pengembangan IKN jangan hanya fokus pada kawasan pusat pemerintahan saja.

Dia pun menyebutkan beberapa contoh pembangunan ibu kota baru yang gagal di beberapa negara. Mulai dari Brazil hingga Malaysia.

“Ini saya sudah kasih tahu ke pak Presiden, kalau cuma ngandelin populasi PNS kotanya akan sepi seperti Canberra, seperti Brasilia, sepi seperti di Myanmar seperti ibu kotanya,” ujar Ridwan Kamil.

“Jangan nanti gagal kayak Putrajaya, Putrajaya dulu didesain sangat wah, namun saat ini ujungnya mereka hanya jadi kota tujuan commuting dari Kuala Lumpur,” sebutnya.

Lalu bagaimana sebuah kawasan bisa menjadi kota yang hidup? Menurut Ridwan Kamil hal itu bisa terjadi apabila masyarakat di kota tersebut bisa hidup, bekerja, dan juga bersenang-senang di kita yang sama.

Sebagai contoh pengembangan di Kawasan Jakarta ke Bandung misalnya. Para pengembang besar, seperti Jababeka misalnya, diminta untuk membuat kawasan yang bisa digunakan untuk tempat tinggal, bekerja, dan juga bersenang-senang setidak-tidaknya ada mal.

“Membuat properti dari Jakarta ke Bandung jadi tempat cari nafkah tanpa harus commuting. Jababeka harus attract talent, tinggal di Jababeka, rumah di sini, kantor di sini, malnya juga di sini, buang duitnya di sini,” papar Ridwan Kamil.

“Pokoknya, harus ada konsep work, life, and play,” tegasnya. (*)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *