Anies-Khofifah di Pilpres 2024, Mungkinkah?

Anies-Khofifah di Pilpres 2024
Anies-Khofifah. Foto Kolase: fotojet
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Isa Ansori, Kolumnis

Hajinews.id – Deklarasi pencapresan Anies oleh Partai Nasdem terhadap pencalonan Anies memang sudah dilakukan, tapi dampak deklarasi itulah yang sampai sekarang menyambar kemana mana.

Ada tiga hal yang bisa dicermati tentang dampak deklarasi yang dipercepat itu, pertama bagi Nasdem dan partai calon koalisi serta terhadap partai diluar calon koalisi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Untuk melihat dampak tersebut tentu dibutuhkan dasar pertimbangan-pertimbangan yang mampu memunculkan dampak tersebut. Dasar pertimbangan itu adalah dasar pertimbangan obyektif dan dasar pertimbangan subyektif.

Bagi Nasdem, dasar pertimbangan obyektif yang bisa berdampak baik adalah Anies dipandang sebagai calon presiden yang mampu menjaga keberlanjutan program yang sudah dilakukan oleh Jokowi. Hal ini penting, karena Nasdem adalah bagian dari koalisi pemerintahan saat ini.

Ada tanggung jawab moral yang harus dilakukan untuk menjaga keberlanjutan program.

Namun Nasdem juga menyadari dibutuhkan perubahan-perubahan strategi pengelolaan negara agar bisa menjawab tantangan bangsa ini kedepan.

Memilih Anies sebagai capres dasar pertimbangan obyektifnya adalah untuk kepentingan bangsa sedang dasar subyektifnya, tentu Nasdem punya tanggung jawab moral menjaga kesinambungan program pembangunan nasional yang sudah dijalankan oleh Jokowi, namun di satu sisi Nasdem juga butuh perubahan strategi dalam menjawab tantangan masa depan bangsa.

Bagi calon koalisi Nasdem, Partai Demokrat dan PKS tentu dasar pertimbangan obyektifnya adalah mereka juga akan mempercepat proses deklarasi capresnya, tentu saja nama Anies menjadi titik temu dalam kepentingan melanjutkan pembangunan dan melakukan perubahan strategi dalam menjawab tantangan zaman.

PKS dan Partai Demokrat yang selama ini diposisikan sebagai Partai oposisi, kepentingan subyektifnya adalah apakah pencalonan Anies akan mampu membawa efek ekor jas, penambahan suara dan penambahan kursi di legislatif? Saya yakin mereka pasti punya hitung hitungan dan pertimbangan yang menguntungkan.

Bagi calon koalisi diluar Nasdem, Demokrat dan PKS, pertimbangan obyektifnya tentu akan mendorong mereka mempercepat proses pencapresan calon mereka, hal yang dilakukan bisa dengan cara merapat atau segera mendeklarasikan calonnya.

Kalau merujuk pada survey LSI, kecenderungan pemilih PKS terhadap Anies adalah 80 %, Demokrat sekitar 40 % dan hal yang sama juga dialami oleh Nasdem, ada sekitar 40 %.

Lalu siapa pasangan yang tepat yang akan mampu memperkuat efek penambahan suara bagi partai partai pengusung Anies? Kembali pada dasar pertimbangan obyektif, bahwa semua partai pasti berharap perubahan Indonesia segera bisa terjadi sembari melanjutkan yang sudah baik dan memperbaiki yang belum dengan perubahan perubahan yang dibutuhkan, maka dibutuhkan figur yang tepat dan mampu memenuhi kebutuhan obyektif partai pengusung, sembari calon yang diusung bisa memberi efek ekor jas, menambah jumlah suara bagi partai pengusung.

Efek ekor jas tentu berkaitan dengan penguasaan wilayah dan kemampuan pasangan menaklukkan wilayah. Merujuk pada hasil pemilu tahun 2019, Jawa sangat menentukan bagi kemenangan calon.

Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah tiga propinsi yang jumlah pemilihnya sangat besar hampir 50 % keseluruhan jumlah pemilih.

Bicara potensi penguasaan wilayah, tentu figur yang berkuasa di tiga provinsi tersebut sangat berpotensi menjadi pendamping Anies untuk memenangkan pertarungan pilpres 2024. Namun harus dipertimbangkan figur mana yang bisa melengkapi Anies dan menambah jumlah suara.

Kalau merujuk pada hasil survey lembaga – lembaga survey yang ada dan pencarian top mind di google trends, Anies cukup kuat di Jabar dan relatif lemah di Jatim dan Jateng. Sehingga memasangkan Anies dengan Ridwan Kamil relatif tidak berdampak pada penambahan suara partai pengusung.

Bagaimana dengan Jateng dan Jatim? Jateng tentu akan menemui perdebatan yang cukup pelik, pertama karena Ganjar Pranowo adalah kader PDIP dan yang kedua, Ganjar digambarkan sebagai Jokowi kecil. Sehingga narasi perubahan dan keberlanjutan akan sangat sulit dijalankan. Apalagi Ganjar juga sudah menegaskan bahwa saat ini dia fokus pada memenangkan PDIP. Ini akan bisa terjadi kalau PDIP merapat pada koalisi yang dibangun Nasdem.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *