Tantangan Santri Masa Kini

Tantangan Santri Masa Kini
Santri Masa Kini. Foto/ilustrasi: ist
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Mundzar Fahman, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri) Bojonergoro.

Hajinews.idHari Santri Nasional (HSN) ditetapkan sejak tujuh tahun  lalu. Tepatnya, pada 15 Oktober 2015 oleh Presiden Joko Widodo. Tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai HSN, merujuk digelorakannya Resolusi Jihad oleh KH Hasyim Asy’ari untuk melawan pasukan Inggris di Surabaya tahun 1945.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jika dulu santri ditantang ikut berjibaku melawan penjajah, kini santri punya tantangan berbeda. Tantangan santri masa kini tidak kalah berat dibanding tantangan masa lalu.  Hanya saja, bentuk tantangannya berbeda. Senjata yang harus dipakai juga berbeda.

Tema HSN tahun ini: Santri Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan. Tema itu bagus. Elegan. Memosisikan santri sebagai subyek. Sebagai fa’il (orang yang melakukan). Bukan sebagai maf’ul (obyek, atau sasaran dari suatu perbuatan).

Sebagai pelaku, sesuai dengan tema di atas, santri diamanati untuk menjaga martabat kemanusiaan. Untuk dapat melakukan penjagaan, santri yang biasanya diidentikkan sebagai kaum tradisional-sarungan, harus memiliki daya. Harus punya kekuatan dan kemampuan untuk melakukan penjagaan. Apalagi, yang harus dijaga bukan barang sembarangan. Bukan benda mati. Tetapi berupa martabat kemanusiaan. Bukan martabat kehewanan.

Tantangan santri masa kini bisa dari internal dan eksternal. Tantangan internal bisa berasal dari dalam diri sendiri. Juga, dari institusi kesantrian (kepesantrenan) di mana santri berada. Sedangkan tantangan eksternal dapat berupa kondisi di luar diri santri dan kepesantrenan. Yaitu, kondisi masyarakat. Terutama, di tengah kemajuan teknologi informasi saat ini.

Santri adalah orang yang sedang mendalami agama Islam. Atau, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh. Atau, orang yang saleh. (KBBI, hal. 997).  Orang Jawa menyebutnya sebagai cantrik yaitu murid padepokan atau murid orang pandai.

Nah, sebagai orang yang sedang ngudi (mencari) ilmu agama, tantangan internal santri masa kini adalah perlunya pendalaman ilmu dan iman. Ini untuk membekali diri santri agar tidak mudah terombang-ambing oleh begitu banyaknya godaan saat ini. Terutama, setelah mereka keluar dari pesantren dan terjun di masyarakat nanti.

Dengan benteng ilmu dan iman yang kokoh, santri diharapkan siap menghadapi berbagai model tantangan dari luar. Santri tidak mudah luntur jika dihadapkan pada suatu tantangan. Tetapi, tetap teguh dan tegap di tengah gempuran-gempuran pengaruh negatif dari luar.

Selain itu, santri juga perlu menjaga citra kepesantrenan. Harus disadari, munculnya beberapa kasus belakangan ini dapat mengganggu nama baik pesantren. Kasus-kasus seperti pelecehan seksual di beberapa pesantren. Ataupun kasus kekerasan oleh santri terhadap sesama santri, haruslah diupayakan tidak terjadi lagi. Citra baik kepesantrenan harus direhabilitisi. Oleh kaum santri sendiri.

Memperdalam ilmu dan memperkokoh keimanan adalah bagian dari menjaga martabat kemanusiaan. Sebaliknya, pelecehan seksual atau tindakan kekerasan dapat merusak martabat kemanusiaan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *