Nostalgia Haji Yang Tidak Selamanya Rasional

Nostalgia Haji
Bersilaturahim dengan sesama rombongan haji. Foto: ist
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Hasbullah Fudail

Hajinews.id – Setelah hampir delapan tahun setelah menunaikan ibadah haji sejak tahun 2015 dengan mengikuti rombongan Kloter 15 Jakarta Timur, hari ini berkesempatan bersilaturahim dengan sesama rombongan haji sekaligus satu kelompok dalam rombongan yakni Haji Agus bersama istrinya, Hj. Sri. Pertemuan kami di sebuah hotel di Bandung Ahad, 30/10/2022 seakan  membuka kembali memori perjalanan haji yang banyak diimpikan umat muslim di seluruh dunia agar dapat menunaikannya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Perjalanan melakukan ibadah haji dalam dimensi pribadi saya selain memang panggilan Allah, karena tidak semua orang Islam yang berkecukupan secara ekonomi ternyata tidak semuanya  mampu menunaikan ibadah haji. Ada orang yang kehidupan sehari-harinya secara kasat mata hanya pas-pasan tetapi mampu menunaikan ibadah haji.

Dengan berdasarkan nostalgia atas pengalaman pribadi, penulis menunaikan ibadah haji dengan asumsi bahwa berbagai aktivitas dan kejadian haji tidak selamanya bersifat rasional (tetapi terkadang irasional). Beberapa kejadian atau aktivitas di luar kelaziman yang ada antara lain:

  1. Penyembelihan DAM Kambing

Ketika rombongan kloter kami tiba di Mekkah maka setiap orang harus membayar DAM dengan menyembeli seekor kambing/domba. Rombongan kami menuju tempat pemotongan DAM yang tidak jauh dari kota Mekkah. Kambing-kambing yang sudah dibayar selanjutnya diarahkan masuk ke ruang pemotongan untuk disembelih. Subhanallahu kambing-kambing itu seakan ikhlas untuk disembelih sebagai pengabdiannya dalam prosesi ibadah haji.

Kambing-kambing tersebut tidak ada yang lari bahkan menyerahkan badannya untuk disembelih, tidak seperti di tanah air jika akan menyembelih kambing, minimal dipegang oleh empat orang  di luar tukang sembelihnya karena melakukan perlawanan ketika akan disembelih.

  1. Membersamai Orang Stroke

Dalam rombongan kloter saya terdapat seorang stroke yang ikut menunaikan ibadah haji, sejak berangkat dari asrama haji Pondok Gede yang bersangkutan sudah menggunakan kursi roda. Dalam pikiran saya, bagaimana mungkin orang stroke bisa menunaikan ibadah haji? Sementara orang sehat saja diperlukan kondisi badan yang fit untuk melakukan berbagai rukun haji.

Atas kuasa Allah, semua proses haji rukun dan syaratnya yang bersangkutan bisa lalui dengan berbagai bantuan baik dari anggota kelompok kami secara bergantian membantunya menjalankan berbagai aktivitas ibadah haji, ataupun dengan membayar petugas yang ada di tanah suci.

Ketika melontar Jumrah terakhir yakni Aqabah, saya niatkan untuk membawa langsung yang bersangkutan untuk bisa melontar jumrah secara langsung karena melontar pertama dan kedua hanya diwakilkan. Alhamdulilah seusai melontar bahkan yang bersangkutan dengan kursi rodanya saya dorong dari Kemah di Mina menuju tempat melontar hingga ke hotel di kota Mekkah sambil melakukan tawaf haji di Masjidil Haram.

Untuk melontar Jumrah saya berangkat sebelum subuh dari Kemah di Mina menuju tempat melontar, dilanjutkan ke Masjidil Haram untuk wakaf. Saya akhirnya balik kembali dan tiba dalam tenda di Mina selesai magrib.

  1. Alhamdulillah Tak Pernah Sakit

Sebelum berangkat ke tanah suci, saya termasuk tidak mampu menginjak lantai tanpa alas kaki karena telapak kaki terasa perih, sehingga melengkapi diri dengan pelapis kaki agar mampu menahan dinginnya keramik. Alhamdulillah selama di tanah suci Mekkah maupun Madina alat itu tidak pernah saya gunakan karena ternyata kaki saya bisa menyesuaikan dengan keramik  tanpa merasa sakit atau nyeri.

Selama hampir 45 hari menunaikan ibadah haji, Alhamdulillah Allah memberi kesehatan dan tidak pernah sakit padahal di tanah air sebelum berangkat kesehatan saya seringkali ada masalah.

  1. Membantu Orang Sakit

Selama menunaikan ibadah haji Alhamdulillah tidak pernah mengalami sakit. Apa karena doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT agar senantiasa diberi kesehatan (tidak sakit) ketika  tunaikan ibadah haji.

Sebelum berangkat, saya bersama istri sudah menyiapkan berbagai obat-obatan dari tanah air  dengan membeli di pasar Pramuka Jakarta Timur yang diniatkan untuk persiapan jika sakit bisa mengobati diri sendiri. Ternyata obat-obatan tersebut tidak saya gunakan melainkan dipakai  orang-orang yang sakit karena kelelahan di perjalanan terutama seusai shalat di Masjidil Haram saat pulang jalan kaki ke hotel.

Berbagai pengalaman nostalgia ketika menunaikan ibadah haji, menunjukkan banyak hal yang  di luar jangkauan pikiran manusia menjadi bukti bahwa sesungguhnya ibadah haji itu tidak selamanya dengan logika-logika akal sehat. Banyak kejadian sesuai cerita masing-masing individu yang telah berhaji sepertinya tidak masuk akal tetapi itulah sesungguhnya kuasa Allah atas makhluknya. Ketika pembaca yang belum berhaji berkesempatan dipanggil Allah ke Baitullah, pasti juga akan merasakan hal-hal yang tidak selamanya selalu rasional. Semoga yang belum berhaji dimudahkan rezeki dan kesehatannya untuk bisa menunaikannya. Amin.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *