Propaganda Anti Politik Identitas dan Islamphobia

Propaganda Anti Politik Identitas dan Islamphobia
Dr. Ahmad Yani, SH. MH., Ketua Umum Partai Masyumi. Foto: detik
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. Ahmad Yani, SH. MH., Ketua Umum Partai Masyumi

Hajinews.id – Dalam diskursus tentang hubungan agama dan politik, kita sudah sering mendengar gosip miring terhadap golongan ini atau sekelompok itu yang bisa ditelusuri akar masalahnya dalam pelbagai wacana, dialog dan diskusi para elit.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kecurigaan-kecurigaan yang tidak berdasar pada realitas sesungguhnya kini justru menghantui politik Indonesia. Tuduhan politik Identitas yang dialamatkan kepada golongan atau kelompok tertentu pada prinsipnya hanya sebatas gosip miring.

Dalam hubungan agama dan politik, atau hubungan agama dan negara, tidak terdapat bahaya-bahaya yang memecah-belah sebuah republik. Meskipun realitas sosial dan politik, masyarakat Indonesia terbagi dalam beberapa suku, etnis, agama dan golongan, tapi pada prinsipnya perbedaan itu telah diterima dengan cukup baik oleh masyarakat.

Dalam konteks politik Identitas, sejauh mengenai hubungan agama dan politik tidak bisa dipisahkan, bagaimanapun upaya untuk memisahkannya. Karena setiap afiliasi politik, baik itu kelompok civil society maupun partai politik memiliki sifat dan Identitas tersendiri yang menjadi penanda: secara kultural, ideologis dan massa.

Politik dan agama dalam pandangan Islam adalah dua ruang yang tersambung. Sejarah Islam juga tidak lepas dari Identitas tersebut, bahkan sejarah umat manusia selalu menjadikan Identitas sebagai bagian visi maupun misi perjuangannya.

Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, politik Identitas (ashabiyah) telah menjadi bagian penting bagi negara-negara (Kesultanan) untuk melawan penjajahan Belanda dimasa lalu. Para Sultan dan rakyat di berbagai negara di Nusantara ini telah menjadikan Islam sebagai salah satu nilai perjuangan untuk menumbuhkan ashabiyah dan perlawanan.

Ibnu Khaldun misalnya, dalam Kitab Mukaddimah, menjelaskan bahwa Ashabiyah adalah unsur terpenting dalam membangun negara, tanpa ashabiyah, kelompok nomaden yang menaklukkan wilayah-wilayah tertentu tidak dapat membangun negara.

Ashabiyah politik dapat dimaknai sebagai perasaan senasib dan sepenanggunangan. Perasaan yang demikian tidak akan tercipta kalau tidak ada Identitas yang menyatukan. Karena itu sejauh mengenai politik Identitas – kecuali dalam bentuk provokasi politik – adalah sesuatu yang penting bagi bangsa dan negara.

Namun belakangan, politik identitas justru menjadi haram dalam perebutan kekuasaan. Bagi saya ini sangat mengada-ngada dan tidak berdasar.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *