Warning! Hadapi Hantu Resesi, Masyarakat Harus Waspada dan Punya Bekal Ini

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Jakarta – Ekonomi dunia tengah dilanda kekhawatiran akan terjangan badai resesi di tahun 2023. Kondisi ini sedikit banyak membuat masyarakat RI was-was perekonomian tanah air akan terpengaruhi.

Staf Khusus Wapres 2007-2014 dan Dosen Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan, krisis yang melanda dunia saat ini berbeda dengan krisis yang bisa diidentifikasi dari kejadian di masa lalu. Karena itulah, penanganannya pun membutuhkan waktu tidak sebentar.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Krisis yang sekarang berbeda ada Pandemi Covid, Perang Ukraina-Rusia, Kekeringan di China terburuk selama 60 tahun terakhir, an apakah krisis Lembaga keuangan di dunia juga akan berbenturan,” kata Wijayanto, di Universitas Paramadina, dikutip dalam keterangannya, Jumat (28/10/2022).

Dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah seperti sekarang, lanjut Wijayanto, perusahaan akan mengerem ekspansinya bahkan membuat efisiensi sehingga mencari pekerjaan menjadi lebih sulit dan menantang. Kendati demikian, justru menurutnya krisis merupakan sebuah kesempatan.

Ia mengambil permisalan seperti seseorang yang mau berpindah lantai dengan lift. Saat mau memasuki lift, kita akan mengantre. Jika di lift tersebut ada yang kentut, maka semua orang di dalamnya akan bubar.

“Namun jika kita bisa tahan, pakai masker misalnya makan kita bisa survive di lift itu. Ketika krisis ada juga yang memutuskan naik tangga saja, ternyata lebih cepat lebih sehat, namun jika tidak ada krisis, maka kita tidak akan mengetahui cara lain untuk berpindah ke atas,” jelasnya.

Menurutnya, yang dibutuhkan oleh para pebisnis dalam bertahan dalam kondisi penuh ketidakpastian seperti sekarang ini ialah mindset baru, attitude, skill baru, serta model bisnis baru.

Di sisi lain, untuk para pencari kerja dan lulusan baru, ia mengatakan, di luar pengetahuan, juga diperlukan improvisasi dengan soft skill dan life skill sebagai pelengkapnya.

Senada dengan Wijayanto, dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Universitas Paramadina, Handi Risza menyebut, ada tiga hal yang perlu diasah untuk bertahan di tengah kondisi seperti sekarang ini. Hal tersebut di antaranya softskill, hardskill, dan lifeskill.

Handi juga turut menyoroti momentum bonus demografi yang saat ini tengah dirasakan oleh Indonesia. Menurutnya, ini adalah momentum emas sampai 2030 karena jumlah usia produktif RI mencapai puncaknya.

“Saat ini 80% populasi kita berada pada usia produktif. Artinya jika dikelola dengan baik, merek memiliki pekerjaan yang baik, inilah momen pertumbuhan kita. Sehingga diharapkan 2045 kita sudah sejahtera, karena sedang ada pada usia yang aktif. Kalau kesadaran kolektif ini dibangun maka kita akan menjadi champion pada tahun 2045 tadi,” ujar Handi.

Di sisi lain, bonus demografi ini juga dapat mendatangkan bencana apabila tidak dimanfaatkan dengan baik. Ia menyebut, bencana bisa terjadi kalau lapangan pekerjaan sedikit sehingga angka pengangguran meningkat. AKhirnya, kondisi itu justru malah menambah beban negara.

“Karena negara harus bayar subsidi untuk teman-teman semua, subsidi energi, subsidi listrik dan menanggung beban usia produktif akan lebih berat dengan menanggung beban usia tidak produktif. Hal ini akan berakhir pada tahun 2030 karena usia produktif ini akan semakin menua,” jelasnya.

Kendati demikian, ia masih optimis Indonesia mampu memanfaatkan momentum ini. Apalagi Handi menyebut, APBN RI telah tumbuh 6 kali lipat menjadi Rp 3 ribu triliun, dibanding pada 2004 yang hanya di Rp 500-600 triliun. Artinya, ekonomi RI tumbuh dan berkembang, didukung penerimaan pajak yang hampir Rp 2 ribu triliun.

“Kalau itu dikelola secara baik seharusnya tidak ada alasan kita menjadi miskin, karena kita sudah memiliki modal Rp 3 ribu triliun, maka itu kita bisa menjadi anggota G20, yaitu negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia. ini adalah satu modal yang membuat kita harus optimis untuk menjadi lebih baik kedepannya,” Kata Handi.

“Jika semua dapat dikelola dengan baik, kita harapkan menjadi salah satu kekuatan besar perekonomian dunia, tentu saja dengan melakukan mitigasi-mitigasi yang sedang terjadi kita harus mampu menjaga daya beli masyarakat dan juga peningkatan ekspor dan impor,” tandasnya.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *