Ibu Nyai Se-Indonesia Kumpul di Semarang Bahas Masalah di Pondok Pesantren

Ibu Nyai Se-Indonesia Kumpul di Semarang
Ibu Nyai Se-Indonesia Kumpul di Semarang
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



SEMARANG, Hajinews.id – Akhir-akhir dinamika persoalan mencuat mengitari Pondok Pesantren. Diantara persolan bullying dan perilaku asusial. Pilihan model pengasuhan positif bagi santri yang lebih manusiawi perlu disuarakan Bu Nyai sebagai Ibu santri di Pondok Pesantren. Kekerasan sebagai persoalan laten seringkali muncul karena pilihan model pengasuhan yang kurang tepat. Padahal pengasuhan menjadi ciri Pondok Pesantren, bahkan hanya Pondok Pesantren yang menyebut pemimpinnya sebagai Pengasuh.

Selain itu, persoalan perilaku asusila pada santri putri. Bu Nyai melihat perhatian publik cenderung kepada pelaku. Pelaku dihujat, pemerintah turun tangan, norma hukum ditegakkan. Ketika pelaku dijatuhi hukuman berat, masyarakat merasa sudah puas.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Padahal yang harus lebih diperhatikan adalah korbannya. Si korban sudah pasti menjadi terganggu kegiatan belajarnya, kacau jadwal ngajinya. Juga menderita tekanan batin alias trauma kejiwaan yang sangat berat.

Pemerintah maupun LSM, sangat terbatas aksesnya memberi advokasi. Satu-satunya pihak yang paling dekat pada masalah tersebut dalam lingkungan tinggal korban yakni pondok pesantren adalah Ibu Nyai. Pengasuh pesantren putri inilah yang kemudian hadir untuk berusaha mengatasi masalah tersebut sebagai seorang ibu yang berjuang selama dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu untuk anak-anaknya dalam hal ini santri-santri putrinya.

Para pengasuh pesantren putri (disebut Bu Nyai) dalam naungan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), yaitu lembaga NU yang mengurusi Asosisasi Pondok Pesantren, akan membahas segala persoalan pesantren putri dan peran Bu Nyai sebagai ulama perempuan dalam acara Silaturahim Nasional Ketiga (Silatnas 3) Bu Nyai Nusantara, di Hotel Patra Semarang, besok Senin hingga Selasa (7-8/11/2022).

KH. Nor Machin Chudlori selaku Ketua RMI PWNU Jateng merasa senang dan terhormat bisa menjadi bagian penyelenggara kegiatan ini.

“Kami mengucapkan selamat datang Bu Nyai dari berbagai daerah se-Nusantara di Semarang,” papar Gus Machin sapaan akrab.

Ahlan wasahlan atas kerawuhan Bu Nyai yang telah mau meluangkan waktu untuk bersilaturahim. Tentu tidak hanya sekadar bertemu. Selanjutnya harus ada rumusan pemikiran yang memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan pondok pesantren khususnya dibawah naungan Nahdlatul Ulama. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari Silatnas Bu Nyai Nusantara Pertama (2019) di Surabaya yang dilaksanakan oleh RMI PWNU Jawa Timur dan Silatnas Bu Nyai Nusantara Kedua (2021) di Lampung.

Wakil Ketua Panitia Silatnas 3 Bu Nyai Nusantara, Nyai Hajjah Royannach Ahal mengatakan, tanggungjawab mengasuh santri putri jauh lebih berat dari santri putra. Santri putri, ujar Pengasuh Ponpes Putri Permata, Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah ini, punya masalah lebih banyak, dan penanganannya lebih sulit daripada santri putra.

Bu Nyai asal pondok pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon Jawa Barat yang yang akrab dipanggil ning Yannah ini memberi contoh. Ketika terkena perundungan, butuh waktu lama menyembuhkan trauma korbannya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *