Novel Muhammad Najib, “Bersujud di Atas Bara” (Seri-2): Upaya Mencari Jawaban

Bersujud di Atas Bara
Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Suara azan Magrib yang terdengar dari televisi berkumandang. Yazid mengajak teman-temannya untuk segera shalat. Mujahid lalu berdiri dan bergerak ke belakang untuk berwudhu, diikuti Rozi dan Yazid. Dalam shalat kali ini, Yazid yang ditunjuk jadi imam. Setelah salam, ketiga pemuda itu bersalaman. Mereka kemudian berzikir dan berdoa.

“Kayaknya shalatku nggak khusyuk, nih!”, kata Rozi membungkuk sambil memegangi perutnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Kau sedang sakit, ya?”, tanya Mujahid sambil menggeser sajadahnya bersiap-siap melakukan shalat sunat.

“Sakit sih nggak, cuman ini,nih..! Cacing-cacing dalam perutku nggak mau kompromi lebih lama lagi”, jawabnya sambil nyengir.

“Sabar sedikit kenapa, sih? Aku solat Sunnah dulu”. Mujahid kemudian mengangkat kedua tangannya

memulai shalat Sunnah dua rakaat. Setelah selesai, Mereka bertiga bergerak menuju warung di dekat rumah langganan Mereka.
“Mas, diimana belajar masalah Palestina? Kelihatannya Antum banyak tahu tentang negara itu”, ujar Mujahid sambil mempercepat langkahnya mendekati Yazid.

“Aku membaca banyak buku, juga diskusi dengan teman-teman aktivis mahasiswa. Selain itu Kami juga sering kedatangan tamu yang memberi kuliah umum, baik yang datang dari Jakarta maupun luar negeri”, jawabnya menjelaskan.

“Sayang di kampus Kita tidak banyak buku politik, apalagi kawan-kawan juga kebanyakan apatis”, keluh Mujahid sambil menoleh ke arah Rozi.

“Kalau serius mau belajar politik, Antum bisa ikutan ngaji di Masjid Syuhada di Ampel. Di situ ada kelompok diskusi yang disebut dengan nama Usroh. Diskusi mereka tidak hanya menyangkut masalah fiqih saja, tapi juga sains, teknologi, dan ekonomi. Ustaz-ustaz disana memiliki wawasan politik yang luas. Bahkan setiap malam Jum’at, ada pengajian khusus yang diberikan oleh Ustaz Za’far dari Solo”, kata Yazid.

Mujahid tidak melanjutkan pertanyaan-pertanyaannya atau berkomentar balik. Ia diam sambil terus melangkah di antara Yazid dan Rozi, tapi pikirannya melayang jauh.

“Mungkinkah pertanyaan-pertanyaan yang selama ini sering mengganggu akan kutemukan jawabannya disana?”, tanya Mujahid dalam hati.

(Bersambung…)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *