Sosiolog Ernest Gellner: Hanya Islam Yang Dapat Bertahan Dari Modernisasi

Islam Dapat Bertahan Dari Modernisasi
Sosiolog Ernest André Gellner. Foto:ist
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Sosiolog terkenal Ernest André Gellner (9 Desember 1925 – 5 November 1995) mengatakan bahwa hanya Islam yang dapat bertahan sebagai keyakinan serius yang melampaui tradisi kecil dan besar.

“Tradisi besarnya dapat dipermodern (modernisable); dan pelaksanaannya dapat disajikan, tidak sebagai inovasi ataupun konsesi kepala pihak luar, tapi sebaliknya sebagai kelanjutan dan penyempurnaan dialog lama dalam Islam,” ujar Gellner sebagaimana dikutip Prof Dr Nurcholish Madjid, MA (17 Maret 1939 – 29 Agustus 2005) atau populer dipanggil Cak Nur dalam buku berjudul “Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jadi dalam Islam, dan hanya dalam Islam, kata Gellner, purifikasi/modernisasi di satu pihak, dan penegahan apa yang dianggap suatu ciri lokal lama, dapat dilakukan dalam bahasa dan perangkat simbol yang satu dan sama.

Menurutnya, versi kerakyatan lama yang pernah menjadi alas dangkal tradisi sentral sekarang menjadi kambing hitam yang dibuang, yang dipersalahkan menyebabkan kemunduran dan dominasi unsur asing.

Oleh karena itu meskipun tidak merupakan sumber modernitas, Islam mungkin akan ternyata merupakan penerima manfaat modernitas itu. Kenyataan bahwa varian sentral, resmi dan “murni” Islam bersemangat egaliter dan keilmiahan berkaitan dengan bentuk-bentuknya yang bersifat pinggiran senantiasa meluas namun akhirnya ditampik- sangat membantu adaptasi Islam ke dunia modern.

Gellner mengattakan dalam zaman cita-cita melek huruf universal, lapisan sarjana yang terbuka (dalam Islam) dapat berkembang sehingga meliputi seluruh masyarakat, dan dengan begitu maka cita-cita “Protestan” agar semua yang beriman mempunyai akses yang sama (kepada kitab Suci) akan terlaksana.

Egalitarianisme modern terpenuhi. Sementara Protestantisme Eropa hanya menyiapkan lahan untuk nasionalisme melalui perluasan melek-huruf, potensi Islam yang hangkit kembali untuk skripturalisme egaliter dapat secara aktual menyatu dengan nasionalisme, sehingga orang tidak lagi mudah mengatakan mana salah satu dari keduanya itu yang paling bermanfaat bagi yang lain.

Cak Nur mengatakan karena observasi dan kesimpulannya itu, maka tidak heran menurut Ernest Gellner, Islam adalah agama yang paling dekat dengan modernitas dibanding agama Yahudi dan Kristen.

“Yaitu dipandang dari sudut semangat Islam tentang universalisme, skripturalisme, egalitarianisme spiritual, perluasan partisipasi dalam masyarakat suci yang meliputi semua anggotanya tanpa kecuali, dan sistematisasi rasional kehidupan sosial,” ujar Cak Nur.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *