Kisah Abu Nawas: Pakai Tumpukan Batu, Abu Nawas Ambil Kembali Kebunnya yang dicuri Abu Jahal

Abu Nawas Ambil Kembali Kebunnya yang dicuri Abu Jahal
Abu Nawas Ambil Kembali Kebunnya yang dicuri Abu Jahal
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – DIKISAHKAN Abu Nawas mempunyai tetangga yang licik yang bernama Abu Jahal. Abu Jahal mempunyai kebun yang ditanami berbagai macam buah-buahan.

Kebun Abu Jahal ini berdekatan dengan kebun milik Abu Nawas. Kebun milik Abu Nawas hanya dibatasi tumpukan batu, sedangkan Abu Jahal berkeinginan menambah luas area kebunnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Abu Jahal berpikir keras agar keinginannya terwujud. Hal ini sampai membuat dia susah tidur. Kemudian terlintas jahatnya di benaknya.

“Aku harus melakukannya sekarang, mumpung waktunya sudah malam,” pikir Abu Jahal, dikutip dari kanal YouTube Juha Official, Sabtu (15/10/2022).

Di tengah malam gelap gulita, Abu Jahal langsung pergi menuju kebun miliknya. Ia mencari pembatas tumpukan batu yang menjadi pemisah antara kebunnya dan kebun milik Abu Nawas.

Setelah menemukannya, Abu Jahal mulai mengangkat satu per satu batunya lalu memindahkan ke area kebun milik Abu Nawas. Dengan begitu luas kebun milik Abu Jahal menjadi bertambah luas.

Setelah selesai, dia kembali pulang ke rumahnya dengan sembunyi-sembunyi. Dia senang dengan apa yang dilakukannya.

Selama beberapa hari Abu Nawas tidak menyadari dengan perbuatan Abu Jahal. Abu Nawas masih santai menanam buah-buahan di area yang telah dicuri Abu Jahal.

Seiring berjalannya waktu, buah yang ditanami Abu Nawas kini berbuah. Buahnya besar-besar dan segar. Melihat hal itu, Abu Jahal merasa senang. Ia pun segera memanen tanaman buah tersebut.

Berapa lama kemudian datanglah Abu Nawas. Dia sangat terkejut melihat Abu Jahal memanen tanaman buah miliknya.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Abu Nawas heran.

“Aku sedang memanen buah yang ada di kebunku,” jawab Abu Jahal dengan sangat enteng.

“Apa kau bilang? Ini masih area kebunku, Abu Jahal,” balas Abu Nawas.

“Hei, Abu Nawas, kamu mengigau ya? Coba kau lihat batu pembatasnya,” jawab Abu Jahal.

Abu Nawas terdiam. “Kenapa tumpukan batunya bisa pindah ya atau aku yang kurang teliti?” pikirnya.

“Tapi kan buah itu aku yang menanamnya, Abu Jahal,” ucap Abu Nawas.

“Itu sih salahmu sendiri kenapa menanam buah di area kebunku, berarti ini adalah milikku,” sahut Abu Jahal.

“Kurang ajar, ini pasti ada yang tidak beres,” kata Abu Nawas dalam hati.

“Hey, Abu Jahal, kamu pasti memindahkan tumpukan batu itu kan?” tanya Abu Nawas geram.

“Jangan fitnah kamu! Aku bisa mengadukannya kepada Tuan Hakim,” balas Abu Jahal.

“Ayo kita selesaikan masalah ini di depan Tuan Hakim,” timpal Abu Nawas.

Mereka pun menghadap Tuan Hakim. Di hadapan Tuan Hakim, Abu Nawas dan Abu Jahal saling mengadukan masalahnya.

“Jujur saja aku sangat bingung siapa di antara kalian yang benar, tapi sepertinya aku lebih memercayai Abu Jahal,” kata Tuan Hakim.

“Kenapa Tuan Hakim begitu mudah memutuskan hal ini? Anda kan Hakim yang terkenal bijak, harusnya lebih berhati-hati dalam memutuskan,” balas Abu Nawas.

“Sudahlah, Abu Nawas, terima saja keputusan hakim. Toh area kebunmu masih juga luas,” ucap Abu Jahal.

“Enak saja kamu bicara. Kamu telah mencuri lahanku. Kamu sengaja memindahkan tumpukan batu yang menjadi pembatas,” bentak Abu Nawas.

“Aku harap kalian berdua diam. Apa yang akan aku putuskan tidak bisa diganggu gugat dan keputusanku adalah tanah yang kamu tanami buah adalah milik Abu Jahal,” kata Tuan hakim.

Mendengar hal itu, Abu Jahal merasa sangat senang. “Terima kasih Tuan Hakim. Anda adalah hakim yang paling bijak yang pernah saya kenal,” ucapnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *