BANYUMAS, Hajinews.id – Para Ibu Nyai pengasuh Pondok Pesantren dan Mubalighot se-Indonesia yang tergabung dalam Jam’iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Mubalighoh (JP3M) mengikuti Rapat Kerja Pusat (Rakerpus) di Gedung Zawiyah, Pondok Pesantren At Taujieh Al Islamy 2 Andalusia, Leler, Randegan, Kebasen, Banyumas, Sabtu (17/12).
Wakil Gubernur Jateng, Gus Taj Yasin Maimoen ketika membuka rakerpus tersebut mengutip maqolah berbahasa Arab yang berbunyi ‘al mar’ah imaduddin’ atau perempuan adalah tiang agama.
“Kalau dalam konteks hadits, Nabi Muhammad Saw menyebut al umm madrosatul ula. Bahwa para ibu (perempuan) adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Disinilah peran penting perempuan,” kata Gus Yasin.
Bicara perkembangan dan kebutuhan zaman, lanjut Gus Yasin, tentu dibutuhkan tambah ilmu spesifik bagi bu nyai-bu nyai. Mengingat, pada praktiknya, perempuan khususnya bu nyai memiliki peran strategis di pesantren. Maka forum seperti rapat kerja pusat menjadi penting untuk menambah pengetahuan.
Pengasuh Pesantren At Taujieh Al Islamy 2 Andalusia, KH Zuhrul Anam Hisyam merasa terhormat atas kehadiran para bu nyai se Indonesia. Gus Anam juga menyoroti munculnya perempuan-perempuan ‘alim, viral dan jadi idola saat ini. “Ternyata benar kata Mbah Maimun Zubair, bahwa zaman itu berubah. Kalau saya lihat, peran dan gerakan perempuan di Indonesia dibanding negara lain, cukup menonjol dan berkembang,” kata putra menantu Kiai Maimoen Zubair itu.
Ketua Umum JP3M, Hj Maftuah Afif menyebut organisasi itu hadir sebagai ikhtiar menyambung silaturahmi antar bu nyai. JP3M juga tumbuh dan berkembang tidak lepas dari berkah karomahnya ulama-ulama sepuh terdahulu. “Kami ini tetap mengedepankann tawadlu. Tidak akan ‘nglancangi’ para kiai. Kalau diridlai ya berangkat, kalau tidak diridlai ya masih ngeyel dulu, sampai bener-bener tidak diridlai baru tidak berangkat,” kata Nyai Maftuah sambal guyonan.
Selain dihadiri jajaran JP3M nasional dan pejabat daerah, Rakerpus juga dihadiri Syaikh Toha Abdul Wahhab Arrasikh. Utusan resmi Al Azhar, Kairo, Mesir. Syaikh Toha membawakan materi dalam seminar terkait ‘daurul mar’ah fi da’wah wan nasyril ilmi’. Garis-garis besar peran perempuan dalam dakwah dan menyebarkan ilmu.
Keilmuan Tersendiri
Wagub Taj Yasin Maimoen berpesan, para ibu Nyai yang dulu mengikuti suami, saat ini harus memiliki keilmuan tersendiri, untuk memberikan pendidikan terhadap putra putri. Bahkan tidak hanya putra putri saat ini, pondok-pondok pesantren mayoritas kebanyakan ini yang ngawasi, yang memberikan pembelajaran itu termasuk para ibu nyai.
Wagub menambahkan, dibutuhkan sinergitas antar organisasi perempuan di lingkungan ponpes agar upaya mendidik ummat semakin efisien. Saat ini, lanjutnya, organisasi perempuan mendapatkan peran besar dalam menciptakan ruang pendidikan yang semakin berkembang.
“Ini saya bilang begini, karena untuk berjuang itu, ada semua aspek harus diisi. Apabila ada organisasi yang bergerak, bagaimana memanajemen sebuah organisasi, bagaimana manajemen sebuah ikatan yang dikemas ala ahlusunnah wal jamaah,” paparnya.
Gus Yasin mengatakan, Pemprov Jateng terus berupaya memberikan ruang yang nyaman dan aman bagi para ulama dan habaib. Termasuk organisasi ibu nyai yang sering melangsungkan kegiatan di Jateng. Wagub menyampaikan dalam setahun terakhir lebih dari empat kali kegiatan organisasi ibu nyai yang digelar di Jateng. Hal itu, lanjutnya, menunjukkan para ibu nyai merasa nyaman berkegiatan di Jateng.