Dulu Diremehkan, Batu Bara Kini Jadi Penyelamat Eropa

Foto: Suasana rumah dan mobil diselimuti salju saat cuaca musim dingin ekstrem melanda Buffalo, New York, AS, Jumat (18/11/2022). Badai salju tersebut menyebabkan dua orang tewas, perjalanan terganggu dan timbunan es tinggi selama akhir pekan. (Joseph Cooke/The Buffalo News via AP)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Benua Eropa yang menghadapi musim dingin yang mencekam, saat ini masih mampu dihangatkan oleh batu bara, sumber energi fosil yang sejatinya ingin ‘diberantas’ karena memiliki tingkat emisi karbon tinggi.

Alih-alih menyelesaikan misi tersebut, Eropa kembali ‘menghamba’ kepada batu bara pada tahun 2022, kata Badan Energi Internasional (IEA).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Batubara akan terus menjadi sumber tunggal terbesar emisi karbon dioksida sistem energi global sejauh ini,” kata organisasi antar pemerintah itu, seraya menambahkan bahwa mereka memperkirakan permintaan global akan stabil sebelum turun setelah 2025.

Tahun ini harga batu bara meroket tajam dikarenakan peningkatan permintaan akibat krisis energi yang terjadi di Eropa. Pemangkasan pasokan gas alam Rusia setelah menginvasi Ukraina dan padamnya pembangkit nuklir Prancis telah mendorong kebangkitan batu bara tahun ini.

Benua Eropa sejatinya telah berinvestasi dalam energi angin dan matahari sembari secara perlahan menutup puluhan pembangkit listrik batu bara dalam satu dekade terakhir. Namun saat musim dingin, kala mendung atau angin lemah, dan permintaan naik tinggi, Eropa tidak memiliki kapasitas untuk mempertahankan pasokan listrik dari sumber yang bersih.

Dalam kondisi tersebut, harga listrik naik dan mendorong utilitas menyalakan pembangkit berbahan bakar fosil. Gas selama ini mengisi kesenjangan energi dalam beberapa tahun terakhir. Namun batu bara tahun ini menjadi memimpin, salah satunya karena Jerman dan negara-negara lain menghidupkan kembali pembangkit listrik, dan sebagian lain karena harga gas sangat mahal sehingga bagi perusahaan utilitas lebih menguntungkan untuk membakar batu bara.

Penggunaan batu bara meningkat bulan ini ketika cuaca dingin membuat senyap ladang angin dan membebani sistem kelistrikan. Dalam dua minggu pertama bulan Desember, Uni Eropa menghasilkan 22% listrik dari batu bara dan lignit yang juga dikenal sebagai batu bara coklat (brown coal). Angka tersebut naik dari 17% pada periode yang sama tahun lalu dan dari rata-rata 15% untuk keseluruhan tahun 2021, menurut data Ember, sebuah Think Tank yang bertujuan untuk mempercepat peralihan dari batu bara.

Di pasar Eropa yang saling terhubung, listrik dari tenaga batu bara mengalir melintasi perbatasan.Sejak tahun 1990-an, negara-negara di Eropa telah berbagi listrik melalui kabel tembaga tebal yang disebut interkonektor. Lebih dari 15% listrik Eropa diperdagangkan antar negara pada tahun-tahun tertentu, menjadikannya wilayah dunia yang paling terhubung dalam bidang kelistrikan.

Inggris Raya yang dua tahun lalu nyaris memenuhi seperempat permintaan listriknya dengan angin, pada bulan ini porsinya turun menjadi kurang dari 4%, menurut National Grid ESO. Operator jaringan listrik setempat saat ini mulai berjaga-jaga dan memerintahkan dua unit batu bara siaga untuk melakukan pemanasan seandainya diperlukan untuk menghasilkan listrik keesokan harinya.

PLTU tersebut disiapkan karena harga impor listrik dari negara Uni Eropa lain telah meningkat tajam.

Dalam dua minggu pertama bulan Desember, Jerman menghasilkan 49% lebih banyak listrik dari batu bara dan 6% lebih banyak dengan lignit dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut data EnAppSys Ltd.

Saat ini kondisi di Eropa dikabarkan memang sudah mulai membaik dengan kecepatan dan suhu angin mulai meningkat serta beberapa reaktor nuklir Prancis kembali menyala. Tetapi untuk memenuhi permintaan ketika energi terbarukan masih belum sepenuhnya dapat diandalkan adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pemerintah dan perusahaan dalam beberapa dekade mendatang. Hal ini karena baterai, yang dapat menyimpan daya untuk dilepaskan saat kecepatan angin turun, masih belum siap untuk diproduksi atau digunakan dalam skala besar.

Eropa diperkirakan akan kembali mengonsumsi lebih banyak batu bara untuk tahun kedua beruntun, bahkan sebelum musim dingin datang.

Demi menjaga 746 juta jiwa, Benua Biru telah mengimpor bahan bakar dari ujung ke ujung dunia termasuk Kolombia, Indonesia dan Afrika Selatan, setelah melarang batubara Rusia sebagai bagian dari sanksi terhadap Moskow.

Saat ini di seluruh Eropa, industri bersandar pada batu bara, serta minyak, untuk tetap beroperasi karena tingginya harga gas. Evonik Industries AG memperpanjang masa pakai pembangkit listrik tenaga batu bara di pabriknya hingga Maret 2024 setelah invasi Ukraina. Pembuat bahan kimia asal Jerman tersebut sebelumnya berencana menutup PLTU yang menghasilkan uap untuk proses kimia pada musim panas 2022.

Sumber: cnbc

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *