Hajinews.id – KALI ini Abu Nawas mendapat tugas memenjarakan angin dari Baginda Raja Harun Al Rasyid. Berawal dari Abu Nawas yang terkejut ada utusan Raja datang ke rumahnya. Lalu membawa dia untuk datang ke istana.
“Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin,” ucap Baginda Raja memulai pembicaraan, sebagaimana dikutip dari nu.or.id.
“Ampun, Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil?” tanya Abu Nawas.
“Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya,” kata Baginda Raja kali ini menantang Abu Nawas.
Tentu saja Abu Nawas bingung bukan kepalang mendapat tugas menangkap serta memenjarakan angin. Kalaupun berhasil, dia tidak yakin bahwa yang ditangkapnya itu angin, karena tidak kelihatan.
Tapi bukan Abu Nawas jika tidak mempunyai banyak akal. Setelah diberi waktu tiga hari, Abu Nawas kembali menuju istana.
“Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas?” tanya Baginda Raja tanpa basa-basi lagi.
“Sudah Baginda Raja yang mulia,” jawab Abu Nawas membuat orang-orang di istana penasaran.
Pria yang dikenal dengan seribu akalnya itu mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol tersebut.
“Mana angin itu, hai Abu Nawas?” tanya Baginda sambil menimbang-nimbang botol tersebut.
“Di dalam, Baginda Raja yang mulia,” jawab Abu Nawas.
“Aku tidak melihat apa-apa,” kata Baginda Raja.
“Ampun Tuanku, memang angin tidak bisa dilihat, tetapi bila Baginda Raja ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu,” kata Abu Nawas menjelaskan.
Setelah tutup botol dibuka, Baginda Raja mencium bau busuk. Bau tersebut tidak asing bagi Raja karena bau yang menyengat hidung itu adalah bau kentut.
“Bau apa ini, hai Abu Nawas?” tanya Baginda Raja marah.
“Ampun Tuanku, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar, maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol,” tukas Abu Nawas.
Allahu a’lam bisshawab.