Kisah Sang Muslimah Amerika Attallah Shabazz, Putri Malcolm X Hadiah dari Tuhan

Muslimah Amerika Attallah Shabazz
Muslimah Amerika Attallah Shabazz
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Saya berhubungan cukup dekat dengan Tuhan, dan selalu ditemani-Nya. Ketika masih kanak-kanak saya berpikir Dia ada di kamar, mengetahui pendapat yang terlintas di pikiran dan perasaan yang terlintas di hati.

Dalam pengalaman hidup saya dan dalam menghadapi kenyataan bahwa ayah saya telah direnggut dari saya ketika saya masih kecil, saya mengenali pola-pola hidupnya dan menerima kenyataan bahwa kita semua berada di sini untuk tujuan tertentu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Saya lebih senang kalau dia masih hidup saat ini. Saya memandang pusaka dan pesan-pesannya. Dia hidup cukup lama sehingga meninggalkan cukup banyak kenangan. Kahlil Gibran berkata –kita semua berada di sini untuk melewati suatu jalan, dan sebagai penyalur.

Tidak Menyulitkan Diri

Saya tidak terbebani oleh kata-kata jihad. Jihad itu memang ada, tetapi saya tidak menyulitkan diri saya dengan mencoba memikirkannya. Tugas itu akan datang kepada Anda, baik ketika Anda sedang menghadap ke timur, atau bermeditasi, atau berdoa, atau berbaring dengan tenang pada malam hari sebelum tidur.

Kita hanya menyulitkan dan membebani diri jika mencoba untuk melakukan sesuatu sebagaimana pola atau kerangka yang telah ditetapkan sebelumnya.

Cobalah pergi ke negara lain. Di sana mereka menghabiskan waktu dua jam hanya untuk makan. Mereka tidak merasa resah. Mereka mengukur waktu menurut bayangan matahari. Mereka tidak dihukum karena menggunakan waktu yang lama itu. Maksud saya di Amerika ini kita melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa, dan kita sangat dipengaruhi oleh penilaian orang.

Dalam otobiografinya, ayah Anda berkata, “Islam adalah satu-satunya agama yang menjelaskan pada suami dan istri pemahaman yang benar tentang arti cinta. Konsep ‘cinta’ Barat hanya nafsu berahi semata. Cinta lebih berarti dari sekadar kebutuhan fisik. Cinta adalah watak, tingkah laku, sikap, pemikiran, serta perasaan suka dan benci –inilah yang menciptakan wanita yang cantik, istri yang cantik. “Apakah Anda setuju?

Saya melihat adanya perbedaan yang mendasar antara cinta dan nafsu berahi. Barat sebenarnya mempraktikkan nafsu berahi dan menyalahartikannya sebagai cinta …

Saya mengerti bahwa kaum muda di sini berpikir bahwa mereka diharapkan untuk melanjutkannya, dan bahwa mereka dibilang pengecut jika tidak berusaha untuk mencium seorang gadis.

Anda dengarkan para wanita yang berkencan, dan para pria sopan yang bertingkah laku platonis, atau penuh hormat, kemudian mereka terheran-heran apakah ada sesuatu yang salah. Dan saya pasti tidak ingin melakukan sesuatu yang nantinya saya sesali, jadi saya tidak bereaksi cepat menanggapi masalah seperti itu.

Frederick Douglass

Hati saya pernah berdebar-debar karena tergila-gila pada Frederick Douglass, yang saya pikir akan menikah dengan saya. Saya berpikir cinta berarti bahwa Anda menikah dengan dia. Orang tua saya saling mencintai, mereka menikah. Dan dia memberitahu saya bahwa saya tidak dapat menikah dengannya –karena dia sudah tiada. Saya merasa kehilangan.

Saya benar-benar berpikir dia orang yang sangat mengagumkan –dari apa yang saya ketahui tentang dia. Dan [ayah saya] terus menceritakan pada saya siapakah Frederick Douglass. Ayah pernah membawa pulang sebuah buku tentang dia, jadi saya dapat mengisi ketidaktahuan saya dan mempelajari lebih jauh tentang orang itu.

Setelah kelahiran setiap anak dalam keluarga saya, akan diadakan pertemuan di rumah. Saya ingat, saya mendengar seorang laki-laki dari Nation berkata kepada [ayah saya], wah! Secara implisit ini artinya, “Sayang sekali, perempuan lagi.”

Kemudian saya bertanya kepadanya apakah dia berharap bahwa saya laki-laki, dan dia menjawab tidak. Dia menyayangi saya sebagaimana adanya. Lalu dia bilang, betapa istimewanya saya dan adik-adik saya yang lain. Karena dia telah memberitahu saya bahwa saya istimewa, maka saya merasa baik-baik saja ketika jenis kelamin mulai menjadi persoalan di masa remaja saya dan di masa awal kedewasaan saya, dan ketika ada perjuangan yang dilakukan oleh banyak wanita di negara ini.

Penyakit Sosial

Saya tahu pekerjaan ayah saya, saya tidak tahu penyakit itu –penyakit sosial. Penghinaan pertama yang terus-menerus muncul di benak saya berasal dari orang-orang di sekitar saya –ketidakpedulian.

Hukuman pertama yang saya alami setelah kematiannya berasal dari orang kulit hitam. Maksud saya bukan keluarga yang selalu berada di sekeliling kami, tetapi yang saya maksud hanya, ketidakramahan, hukuman, tidak menginginkan anak-anak mereka bermain bersama kami, hanya itu… Orang kulit putih dapat dituduh bersifat penuh prasangka buruk, tetapi masyarakat kulit hitam melakukan hal itu juga.

Saya tidak pernah membiarkan semua itu menjadi sesuatu yang menyakitkan, karena saya selalu menganggap perbuatan seperti itu sebagai egois dan tidak pantas –itu adalah kekurangan dan kelemahan mereka. Saya dapat merasakan penderitaan orang lain, seperti saudara kandung atau ibu saya. Saya dapat merasakan penderitaan mereka.

Ada sebuah petisi yang ditandatangani bahwa kami tidak akan pindah ke lingkungan tetangga setelah kematian ayah saya. Mereka sekarang seperti bibi dan paman saya. Sungguh, banyak yang telah dilakukan, tetapi kami dapat melewati semua itu, dan saya mempunyai seorang model dan ukuran: ibu saya. Saya bersyukur pada Tuhan untuk itu.

Bagaimana pendapat Anda atas bangkitnya perhatian terhadap ayah Anda? Apakah Anda bahagia dengan kesadaran itu?

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *