Kisah Sang Muslimah Amerika Attallah Shabazz, Putri Malcolm X Hadiah dari Tuhan

Muslimah Amerika Attallah Shabazz
Muslimah Amerika Attallah Shabazz
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Tentu saja, saya berharap itu terus membangkitkan kesadaran, bukan saja tentang ayah saya, tetapi juga tentang segala hal yang sudah menjadi sesuatu yang tabu.

Filosofi ayah saya bukanlah filosofi yang baru. Kita ini orang-orang yang terlambat berkembang jika kita baru menyadarinya hampir tiga puluh tahun kemudian.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jika seseorang seperti ayah saya mempunyai pesan yang dapat mempersatukan umat manusia dengan segera, maka kita harus bertanya pada diri sendiri, siapa yang menghalangi informasi itu, apa tujuan mereka?

Saya berharap bahwa kita berpartisipasi dalam proses penyadaran ini. Kita perlu menghabiskan lebih banyak waktu di perpustakaan atau rumah arsip, dan mengetahui bahwa kita berhak untuk itu.

Jembatan Jurang Pemisah

[Ayah saya] menjembatani jurang pemisah antara orang yang masuk Islam dan orang yang mempunyai pemahaman yang salah tentang Islam yang diajarkan Nation of Islam dan orang Timur.

Dia melaksanakan ibadah haji, kembali pulang, lalu mempersatukan kaum Muslimin asing dan muslim Amerika. Dia menjembatani jarak itu karena sebagian besar anggota Nation tidak memikirkan kemurnian Islam.

Wallace Muhammed, ketika mengambil-alih Nation setelah kematian ayahnya, menggabungkan berbagai suku bangsa ke dalam kelompoknya. Mereka sangat berbeda dengan kami.

Para pengikut setia Nation benar-benar mempunyai masalah dengan orang-orang Timur yang sangat beragam itu. Pada tahun-tahun terakhir masa hidup ayah saya, ada seorang syaikh yang tinggal di rumah kami –dia tampak seperti orang yang telah berusia seratus tahun, sangat berwibawa, berkulit hitam legam, rambut seputih salju, dan mengenakan pakaian gaya Saudi Arabia.

Dia begitu saleh dan sangat mengagumkan; ayah saya tampak sangat sederhana di samping orang itu; dia benar-benar merasa nyaman berada di sana. Namanya Syaikh [Ahmed] Hassoun.

Saya adalah generasi ketiga dari kedua pihak keluarga saya. Kakek saya dibunuh. Ayah saya juga mengalami apa yang dialami oleh orang tuanya, dan orang tua mereka. Hidupnya berakhir dengan kekerasan sebagai akibat dari usahanya menyebarluaskan sebuah kesadaran. Beban diletakkan di pundak ibu saya. Dia mempunyai teladan yang cukup di hadapannya, tentang cara untuk bertahan dalam menghadapi tekanan itu.

[Kakek-nenek saya] adalah orang internasionalis. Mereka berasal dari gerakan Carvey. Mereka memahami sejarah sejak awal mulanya. Nenek saya, yang berasal dari Karibia, dikelilingi oleh orang-orang Timur, yaitu orang Afrika Utara, orang Indian Timur; semua itu mempengaruhi sifatnya.

Rangkaian kehidupan ayah saya berhubungan erat dengan apa yang dialaminya pada sepuluh tahun pertama pembentukan dirinya. Komitmennya pada rakyat, perubahan sosial, kehidupan swasembada. Nenek saya menguasai empat bahasa.

Dia menulis dalam surat kabar. Ayah dan saudara-saudara kandung saya menyaksikan semua itu. Semua keterlibatan sosial itu –komitmen, tanggung jawab yang disebutkan tadi. Sehingga ketika kakek dan nenek saya telah tiada, anak-anaknya terpisah dan berpencar.

Ayah saya mengembara di jalan-jalan. Jika dia tidak memiliki tujuan dan jalan yang kuat untuk memulai, dia tidak akan menemukan jalannya untuk kembali. Tetapi dia telah dididik sejak awal.

Dua Agama yang Berbeda

Yang cukup menarik, kakek-nenek saya berasal dari dua agama yang berbeda, walaupun pada saat itu Anda akan mengikut suami Anda secara otomatis. Tak seorang pun dari mereka yang mencela latar belakang agama yang lainnya.

Kakek saya, sebagai akibat dari menjadi generasi pertama yang dilahirkan di masa perbudakan, dipaksa beragama Kristen. Nenek saya diarahkan kepada Islam tanpa paksaan karena itulah kebudayaan sekitarnya.

Saya menjalani hidup saya sebagaimana yang telah dibentuk, ditata, dipahat oleh orang tua saya. Berlakulah secara Islami, berlakulah sebagai seorang Amerika, berlakulah sebagai putri mereka, berlakulah sebagai seorang wanita kulit hitam –saya hidup sewajarnya sebagaimana kata hati saya. Orang-orang terlalu banyak berharap. Jika saya hidup seperti mereka, saya akan menjadi orang yang sesat.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *