“Kemarilah, silakan duduk tuan-tuan,” sambut Baginda Raja.
Mereka lalu duduk bersebelahan dengan Abu Nawas. Salah satu ulama kemudian berkata, “Ampun Paduka yang mulia, sesuai dengan janji kami, kami membawakan bukti atas pendapat kami. Kami rasa pendapat Abu Nawas kurang tepat, justru pendapat kamilah yang lebih tepat.”
Mendengar hal itu, Baginda Raja pun bertanya, “Bukti apa yang kalian bawa?”
Para ulama ini segera menunjukkan beberapa ikat buah kurma dan meletakkannya di hadapan Abu Nawas dan Baginda Raja.
“Buah kurma ini kami dapat karena kemarin kami bekerja membantu warga panen kurma. Jadi mengenai pendapat Abu Nawas yang mengatakan seseorang cukup bertawakal dengan benar nanti rezeki akan datang sendiri, kami rasa pendapat tersebut kurang tepat Paduka. Pendapat kamilah yang lebih tepat, karena rezeki itu harus dicari.”
“Seandainya kami tidak bekerja membantu warga, kurma ini tentu tidak akan sampai di tangan kami. Sedangkan Abu Nawas kemarin hanya berdiam diri di rumah. Apakah Abu Nawas mendapat kurma seperti kami? Tentu saja tidak Paduka, karena kemarin Abu Nawas tidak bekerja,” kata ulama menjelaskan.
“Yang kalian katakan itu benar sekali, aku sependapat dengan kalian,” sahut Baginda Raja.
“Bagaimana denganmu Abu Nawas, apakah kamu masih membantahnya?” tanya Baginda Raja.
Mendengar itu, Abu Nawas hanya tersenyum seraya mengambil kurma dan mencicipinya, kemudian ia berkata, “Kemarin aku memang hanya di rumah seharian, karena aku harus mengerjakan tugasku sebagai guru yaitu mengajar murid-muridku. Hari ini saat kalian bercerita tentang kurma, tiba-tiba saya jadi kepengin. Alhamdulillah kalian datang bukan hanya membawa ceritanya, tapi juga buah kurmanya untukku.”
“Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab, seperti yang hamba ucapkan dulu Paduka, cukup dengan tawakal yang benar kepada Allah, niscaya Allah akan berikan rezeki. Lakukan yang menjadi tugasmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya. Hamba melakukan tugas sebagai guru, lalu Allah mengirim kalian membawakan kurma untukku,” ucap Abu Nawas tidak mau kalah.
Mendengar penjelasan Abu Nawas, para ulama pun langsung tertawa satu sama lain. “Kamu memang cerdik Abu Nawas,” puji Baginda Raja.
Sementara para ulama ini meskipun berbeda pendapat tidak saling menyalahkan dan membenarkan pendapatnya sendiri. Begitulah indahnya Islam apabila saling menghormati perbedaan pendapat.
Wallahu a’lam bisshawab.