Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-16): Kabul Jatuh Ke Tangan Mujahidin

Kabul Jatuh Ke Tangan Mujahidin
Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Karya: Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

SERI-16

Hajinews.id – Malam itu tidak seperti biasanya. Kesibukan orang-orang yang masuk dan keluar Ma’had sungguh luar biasa. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Kendaraan juga terus-menerus ke luar dan masuk berseliweran. Mujahid dan kawan-kawannya yang sudah bersiap-siap untuk tidur kemudian saling bertanya.

“Apa yang sedang terjadi?”, tanya Rizali.

“Ana akan mencari informasi”, kata Zunaidi sambil bergegas menuju pusat informasi.

Terdengar takbir dikumandangkan berulang-ulang dari pengeras suara di menara masjid, yang diikuti dengan kalimat-kalimat yang berganti-ganti dalam bahasa Arab dan Urdhu.

Kabul jatuh…! Kabul jatuh…! Kabul telah jatuh ke tangan Mujahidin…!”, kata Zunaidi dengan wajah cerah sambil mengepalkan tangannya ke atas.

“Kita diminta segera berkumpul di masjid”, katanya berulang-ulang sambil terus bergerak mengitari asrama.

Setelah mengucapkan salam dan doa, Syaikh Maududi yang dikenal sebagai pimpinan Ma’had kemudian menjelaskan bahwa Kabul telah jatuh ke tangan Tentara Allah. Ia berkata, “Kini Tentara Uni Soviet sedang ditarik mundur dari seluruh tanah Afghanistan. Karena itu, marilah Kita mensyukuri kemenangan ini dengan menjalankan shalat syukur. Insya Allah besok Kita akan mengunjungi kota Kabul. Bagi yang akan ikut agar mendaftarkan diri”, katanya singkat yang kemudian ditutup dengan salam. Ikamah dikumandangkan tanda shalat dimulai. Semua yang ada di situ lalu berdiri mengatur saf agar rapat dan lurus sebelum shalat dimulai.

Usai shalat, Mujahid mencari Zunaidi untuk mendaftarkan diri ikut rombongan ke Kabul. Ia lalu melakukan sujud syukur berkali-kali di kamarnya sebagai ekspresi kegembiraannya atas jatuhnya ibukota Afghanistan itu ke tangan Mujahidin. Mujahid memeluk teman-teman seasramanya satu per satu. Dadanya terus berdebar, air mata haru dan bahagia mengucur deras membasahi pipinya.

“Rasanya seperti malam hari raya”, pikir Mujahid.

“Belum pernah Aku merasakan kebahagiaan seperti ini”, lanjutnya dalam hati.

Takbir dari menara masjid terus-menerus dikumandangkan, diselingi dengan nasyid puji-pujian terhadap keagungan Allah, kemuliaan para Rasul dan para pejuang Islam. Langit tampak cerah diterangi cahaya rembulan yang tampak bulat penuh, tanpa dihalangi sedikit pun awan. Bintang-bintang tampak berkelap-kelip memantulkan cahayanya, seolah ikut menyambut kemenangan itu.

Menggunakan truk dengan bak tertutup terpal, para Mujahidin duduk berhadap-hadapan di atas kursi kayu panjang. Truk bergerak menuju ke perbatasan. Gardu tempat penjagaan perbatasan yang dikelilingi kawat berduri yang biasanya dijaga ketat tampak ditinggal para petugasnya. Setiap kali berpapasan atau melalui orang ramai, mereka selalu melambai-lambaikan tangan. Terkadang orang-orang yang memegang senjata, menembakkannya ke udara untuk mengekspresikan kegembiraannya. Jalan menuju Kabul cukup lebar dan halus, hanya saja di Kiri-Kanan jalan, jarang sekali terlihat rumah yang masih utuh. Sebagian besar telah rusak akibat perang.

Saat memasuki Kota, truk berjalan merayap. Ribuan orang berjalan kaki dan berkendaraan seadanya menuju pusat kota, sambil membawa bendera kelompok masing-masing. Truk berhenti di sebuah lapangan di pusat kota Kabul. Tampak berdiri megah gedung yang digunakan sebagai pusat pemerintahan di depannya, walaupun di beberapa bagiannya sudah tidak utuh lagi. Puluhan ribu orang berkumpul di situ. Tank dan panser diparkir berdampingan dengan truk-truk pengangkut di jalan sekitar lapangan secara tidak teratur. Orang orang yang berkumpul di situ menggunakan pakaian yang beraneka ragam. Ada yang berpakaian ala tentara dengan senjata lengkap. Ada yang berpakaian tradisional Afghanistan dengan serban di kepala. Tapi ada juga yang berpakaian Timur Tengah. Tampak wajah-wajah mereka yang beragam. Tampaknya mereka datang dari berbagai negara. Rentetan tembakan sporadis yang diarahkan ke udara berkali-kali terdengar. Namun dari wajah-wajah mereka tampak kelegaan dan kegembiraan luar biasa.

Dari panggung tinggi yang dibuat persis di depan gedung Pemerintah muncul beberapa orang tokoh yang berpakaian tradisional Afghanistan. Salah seorang dari mereka lalu maju mengambil pengeras suara.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *