Kisah Abu Nawas, Selalu Buat Tertawa Santrinya: Guru Ini seperti Badut

Guru Ini seperti Badut
Guru Ini seperti Badut. Foto: unsplash
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – KISAH lucu Abu Ali Al Hasan bin Hani al Hakami atau akrab disapa Abu Nawas tidak pernah ada habisnya. Kali ini menceritakan tokoh sufi yang hidup di zaman Khalifah Harun al Rasyid di Baghdad pada tahun 806–814 Masehi itu diprotes santrinya.

Abu Nawas dikenal sebagai sosok yang cerdas nan cerdik. Kepribadian itu pun tersebar ke seluruh wilayah Baghdad, sehingga santri atau muridnya pun kian bertambah. Demikian dikutip dari laman Kalam Sindonews.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sayangnya, tidak semua santri sepaham dengan Abu Nawas. Suatu hari salah seorang santri tampak mengeluh dan menyampaikan pendapatnya secara kritis mengkritik bahwa spiritualitas Abu Nawas perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Menanggapi kritikan santrinya itu, Abu Nawas hanya tertawa. Santri yang lainnya pun ikut tertawa kencang melihat tingkah lucu gurunya tersebut. Kemudian Abu Nawas tampak terdiam.

Seketika suasana menjadi hening, Abu Nawas menarik napas dalam-dalam. Kemudian dengan hati-hati dia menceritakan kisah seorang pelajar yang bertanya kepada penjual buku.

“Tidak ada buku anatomi yang lebih baru?” ucap Abu Nawas menirukan pertanyaan pelajar tersebut kepada penjual buku.

“Buku-buku yang ada di sini sudah berumur 10 tahun atau lebih!” protes pelajar itu.

“Dengarlah, nak. Tidak ada penambahan tulang apa pun dalam tubuh manusia selama 10 tahun terakhir ini. Demikian pula halnya, tidak ada penambahan apa pun dalam kodrat manusia selama 10.000 tahun terakhir ini,” ujar penjual buku menjawab pertanyaan pelajar itu.

Mendengar cerita Abu Nawas, semua santri tampak diam, suasana pun masih hening. Kemudian hal lainnya membuat santri Abu Nawas protes, karena seringnya sang guru membuat lelucon.

Setiap kali mengajar hampir selalu ada gelak tawa dalam setiap ia bicara. Hal itu rupanya juga mengganggu sebagian santri yang sangat ingin serius tentang spiritualitas dan diri mereka.

“Guru ini seperti badut,” ujar seorang santri lainnya.

“Oh tidak. Kamu salah tangkap. Seorang badut membuat kamu menertawainya; seorang guru membuat kamu menertawai diri sendiri,” sanggah santri lainnya.

Abu Nawas mendengar dialog antara santrinya dengan tersenyum. Abu Nawas tidak terganggu sama sekali dengan santrinya itu.

“Apakah sesuatu menjadi sungguh-sungguh benar, jika tak seorang pun menertawakannya?” ujar Abu Nawas.

Wallahu a’lam bishawab.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *