Anwar Ibrahim Ungkap Jasa Indonesia dan BJ Habibie, Dirangkul RI Ketika Terbuang

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengungkap kedekatan dia dengan Indonesia jauh sebelum ia menjabat sebagai perdana menteri Negeri Jiran.

Dalam pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini, Senin (9/1), Anwar mengungkapkan hubungan Indonesia dan Malaysia bukan sekadar hubungan diplomatis biasa. Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang memiliki tempat di hati sanubarinya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dia kembali menuturkan Indonesia menyambut dia saat dirinya “terombang-ambing dan menderita”. Dia pun berterima kasih kepada Indonesia melalui Jokowi yang telah menerimanya sebagai “keluarga besar”.

“Semasa kami sulit, hidup dalam keadaan terombang-ambing dan menderita, Indonesia menyambut kami sebagai sahabat sejati. Sebab itu saya beritahu semalam kepada media, itu tak mungkin kita lupakan,” kata Anwar saat memberikan pernyataan bersama di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (9/1).

“Orang-orang yang membantu kita menunjukkan Rahmah (kasih sayang) dalam keadaan kita agak tersisihkan, agak terlempar, di arus perkembangan (politik) di Malaysia. Sekali lagi, terima kasih kepada Pak Jokowi yang menerima saya sebagai keluarga besar,” tutup dia.

Anwar Ibrahim berkunjung ke Indonesia selama dua hari sejak Ahad (8/1) dan Senin (9/1). Anwar membahas sejumlah persoalan dengan Presiden Joko Widodo mulai dari komitmennya berinvestasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, pekerja migran, perbatasan, dan masalah keamanan.

Dia juga bakal memberikan kuliah umum tentang “Hubungan Strategis Malaysia-Indonesia” pada Senin.

Anwar mengatakan Indonesia merupakan sahabat dekat dia yang menerimanya kala dia “dibuang dan diasingkan” oleh Malaysia.

“Indonesia adalah tetangga dekat kami. Kami berbagai rumpun yang sama dan kami adalah teman dekat bahkan ketika saya dibuang dan diasingkan, Indonesia menerima saya untuk menjadi teman sejati,” kata Anwar kepada wartawan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Ahad (8/1).

“Saya tidak akan melupakan ini,” ujar dia seperti dikutip dari The Straits Times.

Menurut laporan The Straits Times, pernyataan Anwar itu merujuk pada tahun 1998 kala dia dipecat dari posisi wakil perdana menteri oleh PM saat itu yakni Mahathir Mohammad dan didepak dari Organisasi Melayu Bersatu (UMNO).

Kala itu, Anwar menggelar protes besar-besaran dan meminta Mahathir mengundurkan diri. Namun pihak berwenang Malaysia justru menangkap dia.

Pengadilan lalu menjatuhkan hukuman penjara atas kasus korupsi dan dugaan sodomi.

Di masa sulit tersebut, BJ Habibie yang saat itu menjadi wakil presiden Indonesia mengajukan permintaan khusus mengenai Anwar kepada pemerintah Malaysia.

Sebelum menjadi PM, Anwar memang dekat dengan sejumlah politisi Indonesia, termasuk Habibie.

Habibie saat itu meminta agar Malaysia tak mengucilkan Anwar. Ketika itu, intelijen Indonesia memberitahu Habibie ada kemungkinan Anwar mengalami kekerasan di penjara.

“Habibie lalu membuat sesuatu yang luar biasa dari segi hubungan diplomatik. ‘Saya dengar begini begitu, tolong jangan apa-apa kan adik saya’,” ungkap Anwar saat menghadiri tahlilan 28 hari kepergian Habibie di Jakarta pada 2019.

Permintaan Habibie dilaporkan memicu ketegangan hubungan Indonesia dan Malaysia.

Usai keluar dari penjara, Anwar menjalani operasi saraf tulang belakang di Jerman. Selama masa pemulihan, ia menginap di rumah Habibie.

Kemudian pada 2015, ia kembali diseret ke penjara. Sehari sebelum vonis pengadilan Malaysia, Habibie sempat meminta Anwar menginap di rumahnya.

“Habibie bilang ke saya, ‘Anwar kamu jangan pulang. Kami tahu, kalau kamu pulang, kamu akan dipenjara lagi. Kamu tidak lagi muda, kamu sudah lama tersiksa hampir tujuh tahun keluar masuk penjara’,” jelas Anwar menirukan ungkapan Habibie.

Pada 2015 pula, putri Anwar, Nurul Izzah, mengunjungi Indonesia untuk menggalang dukungan menyusul tuduhan terhadap ayahnya terkait kasus dugaan sodomi.

Di Indonesia, ia mengunjungi kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) di Jakarta. Saat itu Nurul menilai Indonesia dalam hal demokrasi lebih baik daripada Malaysia.

Sumber: cnnindonesia

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *