Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-20): Tamu Tak Diundang

Tamu Tak Diundang
Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Karya: Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

SERI-20

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Siang itu, udara agak panas. Seperti biasanya Mujahid berada di Wartel yang berlokasi di depan rumahnya. Ia mengawasi seorang karyawan yang sedang melayani seorang ibu yang baru saja menggunakan telepon di bilik yang paling ujung. Di bilik tengah, tampak seorang pemuda berambut gondrong masih berhaloria, entah berbicara dengan siapa. Sedangkan bilik satunya lagi tampak kosong. Mujahid mengandalkan pendapatannya sehari-hari dari ketiga bilik telepon itu. Kini Ia mulai mengembangkan usahanya dengan menjual aneka permen untuk anak anak. Kalau permen sudah jalan, saya akan menambah dengan sabun mandi, sabun cuci dan odol, pikirnya dalam hati.

“Bah! Abah…!”, terdengar suara anak kecil dengan sangat manja membuyarkan lamunannya.

Mujahid menoleh ke arah datangnya suara yang sudah sangat dikenalnya itu. Ia mengulurkan kedua tangannya menyambut kedatangan sang anak bungsu yang menubruknya setengah berlari. Anak itu lalu diangkatnya tinggi-tinggi, kemudian dilepas dan ditangkapnya kembali. Terdengar suara jeritan ketakutan yang ditahan. Anak itu lalu didekapnya eraterat di dadanya. Dengan gemas diciumnya pipi Kiri dan Kanannya secara bergantian.

“Dari mana lin dapat balon itu?”, tanya Mujahid pada si kecil yang bernama lengkap Sahin.

“Umi, Bah…!”, jawab Sahin tersenyum gembira.

Ia mengibaskan rambutnya yang pendek kekuningkuningan. Sehingga lehernya tampak putih bersih.

“Assalamu’alaikum…!”, terdengar suara salam dari pintu depan.

“Wa’alaikum salam…!”, jawab Mujahid sambil menoleh dengan tetap menggendong Sahin.

“Ahlan wasahlan wa marhaban”, katanya menyambut gembira kedatangan seorang tamu yang mengenakan baju koko panjang dan berjenggot lebat. Sambil menjabat tangannya Mujahid mempersilahkan tamunya duduk. Ia menarik kursi rotan di depannya.

“Ismak?”, tanya Mujahid menanyakan nama sang tamu dalam bahasa Arab.

“Ana Imam Segoro”, jawab si tamu singkat.

“Dari siapa Antum tahu Ana?”, tanya Mujahid menyelidik.

“Dari Zunaidi”, jawabnya. Mujahid langsung teringat seniornya di Peshawar dulu.

“Kahwa au sahi?”, Ia menawarkan minuman pada sang tamu.

“Ahsan kahwa…!”, jawab Imam yang memilih kopi.

“Ngomong-ngomong kapan sampai?”, tanya Mujahid lagi.

“Baru saja”.

“Asal dari mana?”.

“Jawa Barat, tepatnya Bogor”.

“Sebentar”, kata Mujahid sambil menggendong Sahin meninggalkan tamunya. Sesaat kemudian Ia kembali lagi.

“Ayo kita gada”, ajak Mujahid pada tamunya untuk makan siang di rumahnya.

“Wah, ngerepotin nih”, kata Imam berbasa-basi.

“Yah, kebetulan ada”, kata Mujahid sambil mengajak tamunya ke belakang menuju rumahnya.

“Al afu… Alladzi fi”, katanya minta maaf karena menyediakan hidangan seadanya. Mereka lalu duduk lesehan di lantai beralas tikar plastik.

“Sebentar Mas, kuahnya belum”, terdengar suara sang Istri dari dapur.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *