Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-21): Rekreasi Ke Sanur Dan Kuta

Rekreasi Ke Sanur Dan Kuta
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Karya: Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

SERI-21

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – “Kita ke Sanur dulu, setelah itu baru ke Kuta, agar saat sunset Kita berada di Pantai Legian”, kata Mujahid sambil menyerahkan helm kepada Imam.

“Apakah di Sanur tidak bisa lihat sunset?”, tanya Imam.

“Bisa juga, tapi tidak bagus. Kalau mau lihat sunrise baru ke Sanur, karena Sanur itu berada di Pantai Timur, sedangkan Kuta berada di Pantai Barat”.

Mereka berdua lalu menyusuri jalan-jalan kota Denpasar yang cukup padat. Sore itu udara tidak terlalu panas, apalagi saat memasuki Sanur yang rimbun dan tertata asri. Di Kiri dan Kanan jalan tampak pohon-pohon besar yang rindang, diselingi taman-taman dengan rumput yang lembut, dihiasai berbagai jenis bunga yang mekar berwarna-warni. Kios-kios patung, lukisan, dan berbagai kerajinan, berdampingan dengan restoran yang dipenuhi oleh bule dan turis-turis Jepang.

“Orang Jepang paling suka di Sanur, kalau orang Australia sukanya di Kuta. Di Sanur suasananya lebih tenang, beda dengan di Kuta sangat hingar-bingar, apalagi malam hari, banyak orang yang mabuk”, kata Mujahid menjelaskan.

“Kalau orang Amerika, sukanya di mana?”, tanya Imam.

“Wah kalau orang Amerika, Ana nggak tahu pasti”, jawabnya.

“Kita santai di pantai aja”, saran Mujahid sambil memarkir motornya.

Mereka lalu berjalan kaki menyusuri jalan yang hanya dilalui oleh para pejalan kaki. Pantai Sanur tampak membentang dengan pohon-pohon hijau di pinggirnya. Sore itu gelombangnya tenang, ombak pecah satu-satu membilas pasir putihnya yang bersih kemilau, hanya menimbulkan riak kecil. Sementara di kejauhan, tampak ombaknya yang besar bergulung-gulung dan pecah menghempaskan buih putih yang muncrat ke udara.

“Kenapa ombaknya pecah di tengah?”, tanya Imam.

“Sejak Bali Beach Hotel didirikan, di situ dibuatkan semacam tanggul yang melintang panjang. Mungkin maksudnya agar orang aman mandi di pantainya.

“Kapan didirikannya?”.

“Ana tidak tahu persis, yang pasti dibangun saat Soekarno masih menjadi Presiden. Konon dananya hasil kompensasi dari Pemerintah Jepang”.

“Kelihatannya, hotel ini merupakan bangunan paling tinggi di sekitar sini”.

“Memang! Pemerintah melarang mendirikan bangunan yang lebih tinggi dari pohon kelapa”.

“Apakah larangan itu karena ada hubungannya dengan keyakinan orang Hindu, atau karena pertimbangan estetika semata?”.

“Wah, Ana tidak mengerti. Kita jalan ke Kiri, kalau di Kanan sana terlalu banyak orang berjemur dengan pakaian yang minim”, saran Mujahid.

Mereka lalu bergerak di sisi para pemuda yang sedang bermain bola, sementara bocah-bocah kecil berkejarkejaran. Di pantai dibagian ujung para pengemudi perahu layar, menawarkan jasa pada beberapa gadis yang menggulung celana panjangnya sampai ke lutut karena takut basah. Beberapa perahu yang bentuknya unik tampak berjajar di situ. Bagian depannya dibuat seperti kepala ikan. Di sisi Kiri dan Kanannya diikatkan pelampung dari bambu dengan bantuan semacam tongkat yang melengkung, sehingga perahu tidak akan terguling.

“Hotel-hotel besar di sini sebagian besar milik orang Jakarta atau orang asing. Hanya yang kecil saja yang masih dimiliki penduduk setempat”, kata Mujahid sambil duduk di pasir putih dan bersih yang landai. Imam lalu duduk di sampingnya menghadap ke laut lepas.

“Orang Bali hanya jadi pekerja, itu pun untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu. Jarang sekali setingkat manajer dipegang orang Bali. Malah banyak orang asingnya”, lanjutnya.

“Ana dengar banyak orang Bali yang kawin dengan orang asing”, tanya Imam sambil meremas-remas pasir putih di genggamannya.

“Betul! Tapi sedikit sekali yang langgeng. Motivasi perkawinan mereka macam-macam. Ada yang motivasinya ekonomi, agar mereka bisa mengembangkan usaha di sini. Ada yang sekadar untuk mendapatkan ijin domisili. Hanya sedikit yang betul-betul karena cinta. Bahkan bagi para pemuda yang ingin ke luar negeri dengan cara pintas, mereka memanfaatkan sarana perkawinan. Sekarang lagi ngetren cara ini”.

Imam mengalihkan perhatiannya pada sepasang turis asing yang berjalan santai sambil bersenda gurau di hadapannya.

“Hallo…!”, sapa Imam kepada mereka.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *