Dia juga belajar banyak soal keislaman dari ulama terkemuka, Buya Hamka, serta Nurcholis Madjib yang diakuinya sebagai ‘suheng’ alias kakak seperguruannya itu. Saat itulah Anwar intens bersentuhan dengan pemikiran alm Cak Nur yang menjadi rujukan anak muda Islam saat itu.
“Saya masih 18–19 tahun saat mengenal Cak Nur. Ketika itu beliau ketua umum Pengurus Besar HMI,” kenang Anwar.
Sebagai seorang pencari dari Malaysia Anwar jauh-jauh datang dan menemui Cak Nur, bahkan ikut sebagai peserta beberapa training pengkaderan HMI.
“Saya kemudian mengundang beliau ke Malaysia,” katanya.
Bergaul semakin dekat, Anwar dan Cak Nur berinisiatif membentuk Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara.
“Kami bangun bersama. Cak Nur ketua, saya menjadi sekretaris jenderal,” kata Anwar.
Dia sendiri memaknai pemikiran Islam sebagai sesuatu yang harus terus bergerak, sehingga prosesnya pun bisa memperkaya kehidupan.
Untuk itu Anwar melihat pemikiran keislaman dari cendekiawan Muslim di Indonesia berperan penting dalam menyatukan generasi muda Islam di Asia Tenggara.
“Ide dan pemikiran Cak Nur masih sangat relevan hingga hari ini,” katanya.