Kiat Meraih Sakinah Mawaddah wa Rahmah dalam Berkeluarga

Meraih Sakinah Mawaddah wa Rahmah
Moh. Sulthon Amien, Penulis adalah Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Surabaya, Ketua Dewan Pembina Yayasan Insan Mulia Surabaya, dan Direktur Utama Laboratorium Klinik Parahita Surabaya.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Moh. Sulthon Amien, Penulis adalah Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Surabaya, Ketua Dewan Pembina Yayasan Insan Mulia Surabaya, dan Direktur Utama Laboratorium Klinik Parahita Surabaya.

Hajinews.id – “Dan di antara tanda-tanda-Nya adalah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, supaya kamu tenang kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu mawaddah dan rahmat.  Sesungguhya  yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (ar-Rum 21)

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kata samawa menjadi akrab akhir-akhir ini. Akronim dari sakinah mawaddah, wa rahmah ini biasanya dijadikan doa yang diucapkan kala sejoli menempuh kehidupan baru dalam pernikahan.

Keluarga samawa adalah keluarga ideal yang bersendikan ajaran wahyu Ilahi dan Sunah Rasul. Cita-cita semacam itu menjadi dambaan setiap Mukmin. Tidak ada teladan yang lebih baik dalam berumah tangga yang bahagia dan sukses dunia akhirat selain dari Rasulullah Muhammad SAW.

Sakinah

Kata taskunu terambil dari kata sakana yang berarti diamtenang. Antonimnya adalah guncang dan sibuk.  Dari sini, rumah dinamai sakan karena ia tempat memperoleh ketenangan. Sebelumnya, pasangan ‘sibuk’ di luar rumah. Perkawinan melahirkan ketenteraman batin, kedamaian hati, dan kebahagian dalam menapaki kehidupan.

Kesempurnaan eksistensi makhluk hanya tercapai dengan bergabungnya setiap orang dengan pasangannya. Dia akan merasa gelisah dan jiwanya berkobar, jika penggabungan dan kebersamaan dengan pasangan tidak terpenuhi. Karena itu, Allah mensyariatkan perkawinan agar gejolak jiwa itu mereda dan masing-masing memperoleh ketentraman (Shihab, 6).

Rumahku Surgaku

Dari rumah awal kebahagian diukir. Memahat itu tidak mudah. Namun demikian, dengan kesadaran, kesabaran, dan pengorbanan yang tulus, hal itu akan dicapai. Start-nya, mendesain griya secara maksimal dan memaknainya seluas mungkin.

Arti sebuah rumah idaman senantiasa berkembang seiring perjalanan hidup manusia. Fungsinya tidak sekadar sebagai alamat, tempat tinggal, domisili, kediaman, dan seterusnya. Rumah telah bertumbuh menjadi berbagai penyempurna kebutuhan yang vital.

Di antaranya sebagai madrasah, tempat saling belajar antara suami dan istri, menyelami kelebihan dan menambal kekurangan. Bersemi mengasah kesepahaman berkeluarga pada tataran arti sebenarnya. Pada dasarnya, berkeluarga adalah media belajar menapaki hidup. Saling mengisi, menerima, dan memberi nilai-nilai kemuliaan.

Dinamai juga sebagai area rekreasi, ruang menyegarkan kembali jasmani rohani. Tempat meredakan kepenatan sekaligus memunculkan pikiran dan ide-ide baru nan kreatif. Rumah juga menjadi tempat lahirnya pikiran positif. Rahim bagi anak bangsa yang memiliki visi ke depan merajut karya dan ikut berkontribusi menuliskan sejarah kehidupan yang penuh pengorbanan.

Setiap bilik menjadi mushala. Hamparan sajadah digelar tempat bersujud mengabdi keharibaan Ilahi Rabbi. Bertasbih menghabiskan sepertiga malam, merajuk, berkontemplasi, bersimpuh, mengaduh perjalanan berkeluarga yang sarat misteri. Memadu kasih di bawah naungan langit, wujud manifestasi ibadah. Buahnya kerinduan akan pengabdian. Karena hidup adalah menghamba titah Sang Pencipta.

Rumah juga tempat menyemai generasi. Anggota keluarga benar-benar merasa di rumah betulan, at home. Ladang menanam nilai untuk sang buah hati. Kala orang tua adalah role model bagi anak-anaknya, anggota keluarga merasa nyaman di rumah. Merasakan tinggal dirumah bak istana. Penghuni hanya keluar ketika ada keperluan penting saja, selebihnya hanya di rumah. Wadah mereka kembali pulang, kembali ke induknya. Bak anak-anak ayam berlindung di bawah kepak sayapnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *