Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-24): Ditangkap Aparat

Ditangkap Aparat
Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Karya: Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

SERI-24

Hajinews.id – Malam itu tidak seperti biasa. Langit gelap gulita, tanpa seberkas cahaya pun yang terpendar. Hujan turun rintikrintik menyebabkan udara malam semakin menggigit. Orang-orang yang sedang lelap dalam tidurnya semakin merapatkan selimut yang membungkus tubuhnya. Suara anjing yang melolong dan menyalak bersahut-sahutan, tampaknya tidak sedikit pun mengganggu mereka yang dibuai mimpi. Sekelebat bayangan hitam mengendap-ngendap bergerak di lorong sempit itu dengan cekatan. Sesampainya di depan rumah Mujahid bayangan itu berhenti.

Tok… tok… tok!

Terdengar suara ketukan sangat pelan.

“Siapa?”, tanya Nur dari dalam rumah.

“Sssttt…! Ini Abah…, Mi…!”, jawab Mujahid pelan.

Sang Istri mengenal betul suara suaminya, karena itu segera Ia membuka pelan-pelan dan tanpa ragu pintu depan rumahnya. Mujahid masuk dan menutup kembali pintu itu. Ia melepas jaket hitamnya yang basah, sembari merebahkan badannya di kursi panjang di ruang tamu. Sepatunya yang dipenuhi lumpur basah dibiarkannya tetap menempel di kakinya. Sementara Ia terus mengusap air yang menetes dari rambutnya.

Melihat keadaan ini, sang Istri segera mengambilkan handuk. Ia menyerahkannya, kemudian duduk di ujung kursi untuk membuka sepatu suaminya perlahan-lahan. Mujahid lalu mengusapkan handuk putih kecil itu ke dahi dan seluruh kepalanya. Nur terus memperhatikan gerakgerik sang Suami dengan perasaan iba. Ia merasakan betapa suaminya sedang menghadapi persoalan sangat berat. Karena itu, Ia tidak ingin menambah beban dengan melontarkan berbagai pertanyaan, meskipun Ia sangat ingin tahu apa gerangan yang terjadi. Tapi, Ia tahan sekeras mungkin perasaan hatinya, dan dibiarkannya sang Suami melepas lelah.

Melihat sang Suami mulai memejamkan mata, pelanpelan Ia kembali ke tempat tidurnya semula. Ia rebahkan badannya pelan-pelan, sambil terus berdoa semoga Allah melindungi sang Suami, dirinya dan anak-anaknya. Doa ini diulanginya terus-menerus sampai kesadarannya terbang melayang terbawa mimpi.

Tiba-tiba terdengar orang menggedor pintu rumahnya dengan keras. Mujahid bangkit sigap, Ia mengawasi keadaan di sekitar ruangan. Ditatapnya sang Istri yang sudah duduk di samping anak-anak yang masih tertidur pulas. Mereka saling menatap cemas.

“Buka pintu…!”, terdengar suara perintah dengan suara lebih keras dan tegas. Mujahid menoleh ke arah jendela, atap dan sekeliling rumah.

“Tidak ada jalan untuk lari”, gumamnya dalam hati.

Gedoran keras terdengar lagi.

“Buka pintu!”, suara kali ini terdengar lebih keras dan lebih tegas lagi, sampai-sampai pintu yang digedor itu terangkat-angkat. Mujahid lalu melangkah ke arah pintu. Ia membuka dengan anak kunci yang menempel di lubangnya. Ketika pintu terbuka, sepucuk pistol  diarahkanke dahinya dengan cepat.

“Jangan bergerak!”, perintah orang itu dari luar. Kemudian muncul orang kedua yang menarik tangannya ke belakang, menggandengkannya, lalu mengikatnya dengan tali plastik. Dua orang lagi menyusul masuk membawa senjata laras panjang dan menggerak-gerakkannya ke semua sudut ruangan. Dua orang berikutnya masuk dan membolak-balikkan semua benda yang ada, menyodoknyodokkan punggung senjatanya pada lemari, dan dinding yang terbuat dari tripleks, sehingga menimbulkan suara gaduh.

Serempak ketiga anak Mujahid terjaga dengan kaget. Saat membuka mata Mereka, wajah anak-anak itu langsung berubah pucatpasi. Mereka menatap sang Ayah yang diborgol, Ibu yang duduk di ujung tempat tidur ketakutan di antara wajah-wajah bengis yang siap menembak.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *