Daftar Donatur Palestina
Hajinews.id — Pengamat politik Refly Harun menyoroti soal pertemuan antara Surya Paloh dan Luhut Binsar Pandjaitan. Ia menyebut kemungkinan mereka membicarakan hal spesifik tentang Anies Baswesan, dan kandidat-kandidat pilpres 2024, paling tidak dipersepsi sebagai upaya untuk menggagalkan pencalonan tersebut.
“Orang gak akan percaya kalau itu bicara tentang persoalan masyarakat, bangsa dan negara, karena itu abstrak, yang spesifik itu adalah soal Anies Baswedan dengan segala varian dan konsekuensinya,” kata Refly, sebagaimana hajinews.id lihat dari channel youtube Refly Harun, Kamis (18/1/2023).
Refly menganalisis, ini persoalan siapa butuh siapa, misal perang buka-bukaan borok itu adalah sebuah pertanyaan. Mengingat sektor hukum di bawah ketiak kekuasaan.
Akan tetapi bila itu kepentingan bersama, bisa saja win-win solution. Refly sendiri akan melihat masalah ini lebih lanjut.
“Inilah menurut saya tragedi demokrasi kita, demokrasi yang sontoloyo,” kata Refly.
Menurut Refly mengapa demokrasi ini sontoloyo. Masyarakat mau pemilihan secara langsung tapi calon dibatasi secara ketat, dengan alasan macam-macam.
“Padahal kalaupun ada partai yang mau mendukung dalam konteks Anies Baswedan misalnya, bisa dipatahkan dulu kaki dan sayapnya dengan kasus-kasus yang membelenggu mereka,” ujarnya.
Ahli hukum ini mengatakan, berbagai giosip politik berseliweran, termasuk gosip Anies tidak akan bisa jadi capres, di sisi lain ada statemen soal Anies tinggal deklarasi saja, sehingga nanti ada tiga partai.
“It seems to me, istana tidak hepi dengan partai-partai yang mendukung Anies Baswedan dan berusaha menggagalkan pencalonan tersebut. Pertemuan Luhut Binsar Pandjaitan dan Surya Paloh di London paling tidak dipersepsi sebagai upaya menggagalkan pencalonan tersebut,” ungkap Refly.
