Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-28): Pengakuan Imam Segoro

Menuju Pakistan
Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Karya: Muhammad Najib, Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

SERI-28

Hajinews.id – Setelah ditangkap di Bogor, Jawa Barat, oleh aparat Kepolisian, Imam yang dicurigai sebagai salah seorang aktor penting di balik peledakan Bom Bali diboyong ke Denpasar dengan pengawalan ketat. Polisi lalu melakukan interogasi untuk mengungkap apa motivasi sebenarnya dan siapa saja yang terlibat. Semua pengakuan tersangka ditulis dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang kemudian dikirim ke Kejaksaan Tinggi Provinsi Bali. Berdasarkan BAP inilah kemudian Jaksa menuntut terdakwa di Pengadilan.

Saat menjalani interogasi, Imam duduk di atas kursi kayu tanpa pegangan. Ia menghadapi tiga orang polisi. Satu orang sebagai penanya, satu lagi duduk di depan komputer bertugas mencatat semua pertanyaan aparat dan jawaban tersangka, dan yang satu lagi yang paling gempal berkaus oblong dengan celana seragam dan sepatu lars selalu berdiri di samping tersangka, kadang-kadang bergerak mengitarinya dengan wajah siap menerkam. Setelah memastikan nama, alamat, dan tanggal lahir yang bersangkutan, polisi yang duduk berseragam memulai pertanyaan pertanyaannya.

“Apakah benar Saudara ikut meledakkan Janger’s Café dan Kecak Club di Kuta?”.

“Tidak. Saya tidak ikut”, jawab Imam pelan.

“Tapi, teman Saudara menyebut-nyebut nama Saudara”.

“Saya hanya merekomendasi dan membuat sketsa sasaran”, jawab Imam dengan sikap tetap tenang.

“Bagaimana cara Saudara menentukan sasaran?”, tanya polisi lagi.

“Saya berusaha mencari tahu dimana orang-orang Amerika suka berkumpul”.

“Apakah saudara menemukannya?”.

“Tidak. Orang-orang Amerika tidak berkumpul di tempat tertentu”.

“Lalu kenapa saudara memilih Janger’s Café dan Kecak Club?”.

“Karena disana banyak bule, terutama dari Australia”.

“Lho, kok tiba-tiba melenceng ke orang Australia?”, tanya polisi dengan nada pura-pura heran.

“Saya sangat tersinggung ketika tahu di tempat itu ada diskriminasi. Katanya mereka melarang orang Indonesia berkunjung ke tempat itu”.

“Bukankah di klub lain juga ada larangan serupa?”.

“Karena Australia mau menjadi antek Amerika”.

“Kenapa Saudara sangat membenci Amerika?”.

“Amerika itu jahat, arogan, dan pembohong besar”.

“Kenapa Saudara sampai pada kesimpulan itu?”.

“Mereka bicara demokrasi, tapi ketika FIS di Aljazair menang dengan cara yang sangat demokratis, Amerika dan negara-negara Barat mencari-cari alasan, kemudian mendorong militer mengambil alih kekuasaan. Mereka

Hak Asasi Manusia, tapi orang-orang Palestina yang dirampas tanahnya dan setiap hari dibunuhi tentara Israel, Amerika diam saja. Mereka bukan saja tidak membela Palestina tapi malah memberi bantuan ekonomi dan dukungan politik pada Israel. Mereka berbicara perdamaian, tapi selalu menggunakan senjata untuk menyelesaikan masalah”.

“Kenapa Saudara tidak menggunakan cara-cara diplomasi untuk melawannya?”

“Mereka tidak paham kekuatan logika, tapi hanya mengerti logika kekuatan”.

“Kenapa Saudara menyerang orang-orang yang tidak berdosa?”

“Mereka membunuh anak-anak, perempuan dan orang tua Muslim yang tidak berdosa, di banyak tempat”.

“Setelah melihat korban meninggal dan luka-luka. apakah tidak ada perasaan menyesal di hati Saudara?”

“Amerika juga tidak pernah menyesal atas perbuatannya”.

“Apakah Saudara menyadari bahwa apa yang Saudara lakukan telah menimbulkan ketidak tentraman dan keresahan dalam masyarakat?”

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *