Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-29): Menjadi Saksi

Menjadi Saksi
Muhammad Najib, Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



“Dimana Saudara pertama kali mengenalnya?”

“Di rumah Saya”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Dengan siapa Ia datang?”

“Sendiri”.

“Kenapa Saudara begitu mudah akrab?”

“Karena Ia mengaku teman sahabat Saya”.

“Apakah yang bersangkutan menceritakan maksud kedatangannya ke Bali?”

“Katanya untuk rekreasi”.

“Apakah yang bersangkutan menyinggung rencana lain atau merundingkan sesuatu?”

“Tidak! Tidak sama sekali”.

Sidang berjalan lancar. Tidak ada perdebatan yang berarti antara Jaksa Penuntut dan tim Pembela terdakwa. Setelah proses mendengarkan saksi dianggap selesai, dengan mengetukkan palu Hakim menutup sidang siang itu.

Imam yang dituntut hukuman mati tidak sedikit pun menampakkan wajah sedih atau jera. Bahkan saat Jaksa menuntutnya dengan hukuman mati dalam sidang sebelumnya, Ia mengacungkan kedua jempolnya kepada sang Jaksa, sambil menyunggingkan senyum lebar. Wajahnya ceria. Sedikit pun tidak tampak rasa penyesalan. Bahkan seperti ada kelegaan di wajahnya, karena Ia sudah menunaikan tugas sucinya. Ia kemudian memutar kursi yang didudukinya ke arah pengunjung yang selama persidangan hanya melihat punggungnya. Di sana hadir
puluhan wartawan dalam dan luar negri lengkap dengan kamera dan alat perekamnya. Sambil mengepalkan tangan Kanannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Ia berteriak,“Allahu Akbar…! Allahu Akbar…! Allahu Akbar…!”.

Dua orang polisi berseragam lengkap mengapitnya dan membawanya ke luar ruang sidang, la diantar kembali memasuki mobil tahanan.

“Bagaimana komentar Anda tentang hukuman mati yang dituntut Jaksa?”, tanya seorang wartawan yang berusaha mengejarnya.

“Sekarang pun Saya siap menjalaninya”, jawab Imam dari atas mobil yang mulai bergerak.

“Apakah hukuman itu cukup fair?”, kejar wartawan.

“Hehehe… Anda pura-pura tidak tahu. Pengadilan di Indonesia, mana ada sih yang fair? Apalagi kasus sebesar yang Saya hadapi. Amerika, Australia, dan negara-negara sekutunya pasti bermain di belakang”.

Dengan tersenyum sinis Imam melambaikan tangannya bersamaan dengan mobil yang bergerak makin kencang meninggalkan para wartawan.

(Bersambung…..)

banner 800x800