Pengajian di Masjid Sepi, Jamaah Sekarang Nyantri di Pondok Pesantren Facebookiyah, Whatsappiyah dan Youtubeiyah

Jamaah Sekarang Nyantri di Pondok Pesantren Facebookiyah
dr. Agus Taufiqurrahman, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Saat hujan deras, umat Islam diperbolehkan salat di rumah masing-masing. Apalagi jika hanya sekedar undangan pengajian, tentunya tidak bisa ikut jika tidak bisa datang karena hujan deras.

Selain karena gangguan alam seperti hujan, tidak dapat dipungkiri bahwa sepinya pada majelis taklim atau pengajian di masjid disebabkan jemaah “Nyantir” beralih ke media sosial dan digital untuk mendengarkan materi kajian.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Untuk mengatasi persoalan tersebut pengajian yang diselenggarakan oleh Persyarikatan Muhammadiyah harus memiliki solusi yaitu menyiarkan pengajian melalui media sosial dan media digital yang dapat didengarkan dari mana saja.

Demikian disampaikan oleh dr. Agus Taufiqurrahman, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada, Jumat (27/1) di acara Pengajian Kader yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Tamantirto Selatan, Kasihan, Bantul.

Dokter yang dikenal piawai dalam menyampaikan materi ceramah dengan renyah ini berseloroh, bahwa sepinya majelis taklim di masjid semakin sepi peminat, karena mereka berpindah ke ‘pondok pesantren’ yang saat ini ramai diminati oleh banyak orang yaitu pondok pesantren Facebookiyah, WhatsAppiyah sampai YauTubeiyah.

“Karena memang sekarang ‘pesantren’ yang paling banyak santrinya itu adalah Facebookiyah, Pesantren WhatsAppiyah, dan Pesantren YouTubeiyah, itu pesantren yang paling banyak santrinya, di samping tentunya yang pakai IG dan TikTok.” Ujar dr. Agus.

Perubahan tersebut, imbuhnya, sulit dihindari mengingat kehidupan manusia termasuk umat muslim saat ini sedang digeser dengan adanya dunia digital. Menurutnya kenyataan tersebut menjadi sebuah keniscayaan, sehingga tidak perlu ditakuti dan disesali, melainkan justru dicarikan solusi.

Teringat pesan gurunya di masa kecil, Dokter Spesialis Saraf ini menuturkan, bahwa merawat jamaah dengan jumlah banyak maupun sedikit tetap seorang mubaligh atau da’i harus tetap optimis, dibuktikan dengan tanpa mengurangi ilmu yang akan disampaikannya.

“Kata guru kami, jangan mengurangi kualitas berapapun yang datang. Karena pahala Allah itu bukan dari berapa banyak yang mendengarkan, tetapi sejauh mana kita bersungguh-sungguh menyampaikan pesan Islam sebagaimana tugas kita bersama.’ Ungkapnya.

Sumber: muhammadiyah

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *