Kultum 1: Siapakah Orang yang Pintar Itu?

4 Peringatan "Keras"
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

 

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Dahulu ketika kita masih di TK atau di SD, kita selalu berdo’a ketika hendak berangkat ke sekolah. Bahkan ketika sampai di sekolah, sebelum masuk kelas kita juga berbaris sebelum masuk dan berdo’a bersama, “robbii zidnii ilmaa, warzuqnii fahma, waj’alnii minas shoolichiin”. Yang artinya yaa Allah tuhanku, tambahilah ilmu pengetahuanku, dan karuniailah aku pemahaman, dan jadikanlah aku dari golongan orang yang sholeh.

Kurang lebih dan kira kira seperti itu, atau lebih dari itu sesuai diajarkan di sekolah masing-masing. Demikian juga dengan kedua orangtua kita. Mereka berdua, walau tanpa sepengetahuan kita selalu berdo’a yang juga kurang lebih demikian. Mereka berharap agar kita menjadi orang yang pintar, karena memang kepintaran merupakan satu tolok ukur keberhasilan seseorang.

Tapi bagi orang mukmin, kepintaran seseorang itu bukan sekedar luasnya ilmu pengetahuan dari sebuah atau berbagai bidang ilmu. Lalu apa sebenarnya yang disebut kepintaran atau kepandaian seseorang itu? Di dalam Islam, kepintaran atau kepandaian itu dapat diraih oleh setiap orang, walaupun IQ nya tidak begitu tinggi. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

عَنْ أبي يَعْلَى شَدَّادِ بْن أَوْسٍ عن النَّبيّ ﷺ

قَالَ: الكَيِّس مَنْ دَانَ نَفْسَهُ, وَعَمِلَ لِما

بَعْدَ الْموْتِ, وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه

هَواهَا, وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ رواه التِّرْمِذيُّ

Artinya:

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus dari Nabi Shallallau ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang cerdas adalah yang mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian, sedangkan orang yang bodoh (atau lemah) adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta meragukan (kebenaran) Allah (HR. Imam Turmudzi).

Mungkin lebih rincinya ada dua macam orang pintar atau pandai. Pertama, ada orang pintar untuk kehidupan dunia saja dan, kedua ada orang pintar untuk dunia dan akhirat. Pintar untuk kehidupan dunia saja mungkin bisa diukur hanya dengan IQ yang tinggi atau dengan luas atau dalamnya ilmu. Tetapi pintar untuk kehidupan dunia dan akhirat manusia perlu pintar dalam hal ilmu dunia dan perlu dua hal lagi, yaitu sering melakukan evaluasi atau bermuhasabah dan beramal sholeh untuk persiapan kehidupan setelah meninggal nanti.

Nah karena pintar atau pandai itu memerlukan ilmu, baik ilmu dunia maupun akhirat maka Rasulullah juga sudah berpesan kepada kita semua, yang artinya:

Siapa yang menhendaki dunia, maka harus dengan ilmu,

Dan siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu,

Dan siapa yang menghendaki keduanya maka harus dengan ilmu.

(HR. Imam at-Turmudzi).

Jadi jelas, bahwa untuk bisa menjadi pintar atau pandai dalam meraih sukses untuk kehidupan dunia maupun akhirat, kita harus punya ilmu.

Lantas bagaimana kita melakukan evaluasi diri atau muhasabah itu? Kata muhasabah berasaldari kata dasar ‘hisab’ yang berarti ilmu ‘hitung’. Jadi bermuhasabah artinya melakukan evaluasi diri. Nah, halangan yang sulit untuk dihilangkan adalah kesibukan dan aktifitas kita di dunia ini tiada batas.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *