Artinya dosa dari korupsi tetap ada, tapi dia tidak akan mengalami apa yang dialami orang kafir. Sebab ia tidak pernah ingkar.
Meski seorang koruptor, orang muslim tetap meyakini Allah dan Rasul, dan tetap meyakini adanya hari kebangkitan.
“Karena kalau sekadar ‘Sayyi’ah’ (tercela) namun dia masih mukmin, dan dia iman akan adanya kebangkitan, surga, neraka, itu tidak dikategorikan orang kafir,” kata Gus Baha.
“Jika tidak dikategorikan orang kafir, maka masih berhak atas syafaat Rasulullah SAW,” tambahnya.
Bahkan, dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa jatah syafaat (Rasulullah) diberikan pada orang-orang yang berdosa besar.
“Karena apa? Ya itu tadi. Jadi di Ahlusunnah itu yang benar-benar di neraka selamanya itu orang kafir, yang dosanya kekafiran, mengingkari Allah,” tegas Gus Baha.
“Betapapun besarnya kesalahan, mereka tidak akan abadi di neraka,” tambahnya.
Gus Baha mengatakan neraka bukanlah habitat bagi orang yang beriman. Neraka tidak berani kepada orang yang beriman.
Itulah penjelasan Gus Baha mengenai pertanyaan apakah pendosa kekal di neraka atau bisa pindah ke surga.***