Mengapa Dajjal tidak disebutkan dalam Al-Qur’an? Inilah penjelasannya

Mengapa Dajjal tidak disebutkan dalam Al-Qur'an
Al-Qur'an. Foto: ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



“Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An-Nisa: 157-159)

Dalam tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa dhamir pada kata-kata: “Qabla mautibi” merujuk kepada Isa. Maksudnya, dia akan turun lagi ke bumi, dan orang-orang Ahli Kitab yang berselisih pendapat mengenainya dengan sangat antagonis, akan beriman kepadanya, baik yang menganggapnya tuhan, yakni kaum Nasrani, maupun yang mengucap dusta besar mengenai dia, bahwa kelahirannya diragukan sebagai anak siapa, yaitu kaum Yahudi. Apabila Nabi Isa telah turun kelak menjelang Hari Kiamat, maka menjadi nyatalah kedustaan mereka masing-masing.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dengan demikian, turunnya Al-Masih Isa merupakan isyarat bakal munculnya Al-Masih Dajjal, Pemimpin Kesesatan itu, kebalikan dari Al-Masih Pembawa Petunjuk.

  1. Sebagai penghinaan terhadap Dajjal

Tidak disebutkannya nama Dajjal secara jelas dalam Al-Qur’an, adalah sebagai penghinaan terhadapnya, sebagai manusia yang mengaku dirinya tuhan. Dan hal itu tidak menafikan keagungan Allah, kebesaran dan kejayaan-Nya maupun kemahasucian-Nya dari segala kekurangan.

Nama Dajjal itu bagi Allah SWT terlalu hina untuk disebut, terlalu kecil dan tidak berarti untuk diceritakan ataupun diperingatkan tentang pengakuannya. Para Nabi telah menjelaskan kepada umat mereka masing-masing tentang Dajjal, dan telah mengingatkan betapa menyesatkan pengakuannya maupun perbuatan-perbuatannya.

Lantas apa bedanya dengan kisah Firaun yang mengaku Tuhan namun tetap dijelaskan dalam Al-Qur’an?

Dalam surat An-Naziat ayat 24 disebutkan “Firaun berkata, akulah tuhanmu yang tertinggi.” Kemudian juga dalam surat Al-Qashas ayat 38 yang berbunyi, “Hai para pembesar kaumku, aku tidak mengetahui adanya tuhan bagimu selain aku.”

Para ulama tafsir berpendapat, kisah Firaun tercatat dalam Al-Qur’an karena peristiwanya telah berlalu dan kedustaannya dapat menjadi pelajaran bagi setiap mukmin yang beriman dan berakal. Sedangkan soal Dajjal, peristiwa itu belum terjadi. Oleh karenanya Allah SWT tidak menyebutkan namanya dalam Al-Qur’an, sebagai penghinaan terhadapnya.

Wallahu alam.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *