Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-33): Menjalani Hidup Di Penjara

Menjalani Hidup Di Penjara
Muhammad Najib, Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Karya: Muhammad Najib, Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

SERI-33

Hajinews.id – Cahaya yang bersumber dari sinar matahari siang itu menerobos masuk lewat jendela kecil mobil tahanan, kemudian jatuh di pangkuan Mujahid. Sinar itu datang dan pergi menelisip dari sela-sela Gedung atau pepohonan besar yang berjajar di sepanjang jalan yang dilalui mobil itu. Jendela kecil itu berfungsi sebagai sumber penerangan sekaligus ventilasi udara. Mujahid menggeser tempat duduknya mendekati jendela lain di belakangnya. Ia menarik nafas panjang agar dapat menghirup udara lebih banyak. “Kini udara dan cahaya pun ikut menjauhiku”, keluhnya lirih.

Dengan tangan diborgol Ia mencoba mengangkat badannya sambil menjaga keseimbangan tubuhnya. Pandangannya menatap ke luar jendela. Tampak bangunan-bangunan yang bergerak cepat, dan pejalan kaki lalu lalang di depan mall atau pertokoan mewah kota Denpasar seperti berlari. Ia bertanya di dalam hati, “Itukah tempat kesukaan turis turis mancanegara?”.

“Kamu tidak boleh memandang keluar terlalu lama! Kamu tidak boleh memandang dunia seperti mereka yang di luar sana!”, sebuah teguran dari hati kecilnya. Mujahid seperti dIsadarkan dari sebuah kesalahan. Ia mematutkan diri ke tempat duduknya semula, menekukkan kedua lututnya dan melemparkan badannya ke tempat duduk itu.

“Betapa berharganya kau, cahaya dan udara!”, gumamnya dengan suara serak dari kerongkongan yang kehausan. “Kau masih mau mengikutiku, mesti selama ini Aku kurang menghargaimu! Maafkan Aku, jika sementara ini Aku sering mengabaikan kehadiranmu”.

Keringat sebesar biji jagung menetes satu persatu dari keningnya, berjatuhan membasahi celana yang dikenakannya. Ia memandangi tetesan demi tetesan yang mulai membentuk pulau kecil yang terus membesar di pahanya itu. Mujahid kemudian mengusap dahi dengan
tangan Kiri, terus kebelakang melewati atas telinga Kirinya. Rambutnya mulai terasa basah. Ia mengangkat kedua lengannya yang terasa lengket. “Ah, bajuku mulai basah!”, gumamnya lagi.

Mujahid bergerak cepat berpindah tempat duduk ke seberangnya dengan harapan bisa lebih leluasa menghirup udara. Tapi udara sama tidak ramahnya. Dari pori-pori tangannya mulai mengalir keringat yang menggelembung sebesar biji kedelai seperti berlomba muncul ke permukaan kulit. Mujahid Kembali menatap dadanya. “Ah, bajuku sudah basah kuyup, seperti baru kecemplung air”.

Udara terasa semakin pengap bercampur bau keringat yang menyengat. Mujahid memutar otak, mencari cara untuk mengurangi beban yang sedang dihadapinya. Nalurinya membimbing untuk memejamkan mata, mengkonsentrasikan pikiran, melayangkan perasaan membumbung tinggi dengan penuh pasrah, sembari berzikir menyebut asma (nama) Allah, “subhana-allah, wa-l hamdu lil-llah, wa la ilaha illallah, wa-llahu akbar”.

Ia terus melantunkan asma Allah dalam bentuk zikir nan indah itu berulang-ulang, teratur, dan berirama. Kalimatkalimat itu seperti memunculkan kekuatan gaib. Perlahanlahan panas dan pengap tidak lagi Ia rasakan, dan keindahan dari alam yang tak pernah Ia alami menguasai pikiran dan perasaannya. Ia merasa seperti terbang dan melayang-layang di alam yang tidak pernah Ia kenal sebelumnya.

Mobil tahanan itu berhenti. Dua orang petugas bergegas membuka gembok yang tergantung di bibir pintu belakang mobil tahanan itu. Dengan sigap seorang petugas membuka pintu itu, sementara yang lain mengawasi dengan penuh waspada. Pintu dibuka lebar. Kedua pasang mata petugas itu secara bersamaan menatap Mujahid yang basah kuyup, mata terpejam, dan bibir terus berkomat-kamit.

Petugas itu memanggil namanya, tapi Mujahid bergeming, tetap duduk di tempatnya. Ia seperti tidak mendengar panggilan itu. “Mujahid!”, namanya disebut kembali dengan suara lebih keras. Ia tersentak kaget menoleh ke Kiri dan ke Kanan seperti orang yang baru siuman. “Mujahid, silahkan turun!”, Mujahid menoleh ke arah datangnya suara itu.

“Alhamdulillah”, gumamnya sambil bergerak ke arah pintu. Angin segar menyambutnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *