Tafsir Al-Quran Surat Muhammad ayat 1-6: Orang-Orang Beriman Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Kebenaran dan Kejujuran

Tafsir Al-Quran Surat Muhammad ayat 1-6
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ta’lim Bakda Subuh
Ahad, 29 Januari 2023

Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita dapat berjumpa lagi secara online dan offline dalam rangka meneruskan kajian tafsir Al-Quran pagi ini Hari Ahad tanggal 14 Rajab 1444 H bertepatan dengan tanggal 4 Februari 2023, untuk mendalami ayat-ayat Allah. Insya Allah kita mulai membahas Surat Muhammad ayat 1-6, yang artinya sebagai berikut: “Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus segala amal mereka. Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebajikan serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad; dan itulah kebenaran dari Tuhan mereka; Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka. Yang demikian itu, karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil (sesat) dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti kebenaran dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Maka apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir (di medan perang), maka pukullah batang leher mereka. Selanjutnya apabila kamu telah mengalahkan mereka, tawanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang selesai. Demikianlah, dan sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kamu satu sama lain. Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal mereka. Allah akan memberi petunjuk kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenalkan-Nya kepada mereka.”

Surat Muhammad ini termasuk Surat Madaniah atau diturunkan di Madinah, yang banyak berisi tentang muamalah atau syariat islam. Surat ini diberi nama Muhammad karena pada beberapa ayat ini terdapat kata “Muhammad”. Terdapat beberapa ciri pada surat-surat madaniah, yang menjelaskan tentang syariat islam. Intinya adalah tidak boleh ada keraguan dalam diri kita tentang kebenaran Al-Quran. Jika ada orang membuat penghinaan islam atau bahkan membakar Al-Quran di Swedia dan dilindungi oleh hukum setempat atas nama kebebasan berpendapat, kini bahkan semakin banyak orang untuk mempelajari Al-Quran. Al-Quran itu memang cahaya dari Allah SWT, bahkan kini ada beberapa orang yang bersyahadat di Swedia dan beberapa negara lain.

Pertama, substansi Al-Quran dan syariah itu sesuai dengan kebutuhan manusia. Misalnya, Pernikahan laki-laki dan perempuan itu sesuai atau cocok dengan kebutuhan manusia. Pernikahan sesama jenis tentu merupakan pengingkaran terhadap fitrah manusia dan terhadap syariat islam. Sekali lagi, syariat islam itu tidak ada yang bertentangan dengan fitrah manusia. Perhatikan Surat Ar-Rum 30-32, tentang kesesuaian syariat islam dengan fitrah dan kebutuhan manusia. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

Kedua, Al-Quran itu cukup komprehensif, menghormati nilai-nilai kemanusiaan, baik pada masa damai, maupun pada perang. Ayat-ayat pertama dalam Surat Muhammad ini menjelaskan tentang adab atau tatacara dalam berperang. Bagaimana bahkan menjaga hak-hak wanita dan anak-anak. Semua sejarah perang dalam islam itu bersifat defensif, mempertuhankan diri, bukan ofensif. Perang Uhud dan Perang Badar adalah strategi pertahanan diri, karena kaum muslimin bertahan dari gempuran atau serang orang-orang kafir Quraisy. Perang Ahzab, Perang Parti (Chandaq) dan lain-lain adalah semua untuk mempertuhankan diri. Tidak benar pernyataan bahwa perang dalam islam itu ofensif. Tidak benar bahwa dakwah islam dilakukan dengan perang atau pedang.

Ketiga, Al-Quran mengajarkan secara jelas untuk membela diri. Islam harus mampu membela diri, jika sedang diganggu atau diserang orang. Tidak ada dalam adab islam jika kita ditampar pipi kiri, kita serahkan pipi kanan untuk ditampar. Adab islam adalah membela diri. Perhatikan Surat Al-Hajj ayat 39-41, yang menjelaskan tentang diizinkan bagi mereka yang diperangi untuk membalas. “Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, karena sesung-guhnya mereka dizhalimi. Dan sungguh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) seba-gian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-mas-jid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa”

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *