Pemerintah Harus Waspada, Daya Belanja Warga RI Terancam Lesu

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Di tengah pertumbuhan ekonomi yang positif sepanjang 2022, pemerintah patut mewaspadai adanya ancaman pelemahan konsumsi pada tahun ini. Hal ini sejalan dengan angka inflasi inti yang melemah.

Riset ekonomi terbaru Bank Central Asia (BCA) melihat bahwa perekonomian Indonesia dapat terus menikmati permintaan domestik yang lebih kuat dibandingkan negara-negara global pada tahun 2023, tetapi potensi kenaikannya mungkin tidak sepositif yang diharapkan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Angka inflasi yang lebih rendah dari perkiraan merupakan perkembangan positif, tetapi angka inflasi inti yang lebih lemah mungkin menunjukkan faktor lain yang berperan,” ungkap Ekonom Senior BCA Barra Kukuh Mamia dan Analis Lazuardin Thariq Hamzah dalam laporan risetnya, Selasa (7/2/2023).

Dengan demikian, Barra dan tim menyimpulkan bahwa konsumsi domestik mungkin sudah cenderung menurun atau setidaknya stagnan.

Di sisi lain, BCA melihat tingginya tingkat inflasi yang masih berada di atas kisaran sasaran Bank Indonesia, perbaikan likuiditas rumah tangga yang terbatas, dan serangkaian pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan faktor-faktor yang dapat melemahkan kepercayaan konsumen sehingga menghambat prospek permintaan agregat domestik.

“Ancaman perlambatan konsumsi bukanlah kabar baik bagi pemerintah, terutama di tahun yang sensitif secara politik. Pemerintah, tentu saja, harus bertujuan untuk memenuhi target pertumbuhan 5,3% YoY, terutama di tahun yang sensitif secara politik ini,” ungkap keduanya.

Barra mengungkapkan salah satu saran untuk memberikan dorongan ekonomi adalah dengan memotong harga energi bersubsidi. Tentunya ini akan menurunkan angka Indeks Harga Konsumen (IHK) utama melalui deflasi pada komponen harga yang diatur pemerintah.

Lebih lanjut, BCA juga melihat bahwa permintaan konsumen Indonesia tetap stabil, tetapi masuknya barang impor dari China dan penguatan rupiah yang signifikan selama sebulan terakhir mungkin telah memungkinkan peritel domestik menurunkan harga, yang mengarah ke angka inflasi inti yang lebih rendah.

“Indeks belanja konsumen internal dan transaksi bisnis kami mendukung hipotesis ini untuk saat ini, karena konsumsi domestik tampaknya melemah, karena kepercayaan konsumen yang lemah di tengah berkurangnya likuiditas rumah tangga,” papar Barra dan tim dalam tulisannya.

Kendati demikian, pelemahan konsumsi mungkin tidak terlalu terlihat dalam jangka pendek mengingat penyesuaian upah yang akan datang dan pengeluaran masyarakat yang tinggi jelang Lebaran.

Barra menilai likuiditas yang masih cukup memungkinkan pemerintah untuk melakukan intervensi, tetapi komitmen fiskal yang substansial untuk proyek-proyek ‘warisan’ dapat memaksa pemerintah untuk memilih solusi yang lebih hemat biaya.

Selain itu, dia memastikan konsumsi yang melemah dan kondisi moneter yang lebih terkendali dapat menunda kenaikan suku bunga BI selanjutnya.

Ekonom Senior & Menteri Keuangan Indonesia (2014-2016) Bambang Brodjonegoro melihat pelemahan konsumsi rumah tangga sudah terjadi sejak adanya kenaikan bahan bakar minyak pada September tahun lalu. Kenaikan BBM ini memicu efek terhadap konsumsi di akhir tahun 2022.

“Ada indeks keyakinan konsumen Indonesia yang lebih rendah di triwulan IV dari triwulan III dan indeks penjualan riil yang pertumbuhannya masih tumbuh 1,7% tapi itu lebih rendah dari indeks penjualan riil di triwulan III,” kata Bambang dilansir dari laman CNBC Indonesia TV.

Dia melihat efek ini seharusnya akan berhenti pada kuartal I-2023 karena tidak ada kenaikan harga yang signifikan di pasar global.

“Jadi kita masih bisa berharap konsumsi masih tumbuh di triwulan satu ini. Masih bisa tumbuh cukup baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.

Namun, dia mengingatkan risiko pelemahan pertumbuhan di negara maju dan kemungkinan penurunan harga komoditas ekspor Indonesia. Bambang berharap upaya menjaga daya beli bisa difokuskan untuk menjangkau inflasi harga bergejolak, termasuk beras, bawang merah, bawang putih dan cabai.

“Tapi kalau ditanya apa yang penting, jaga harga beras karena itu yang paling menentukan harga pangan di Indonesia,” tegasnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *