“Bersujud Diatas Bara” (Seri-35): Bertemu Kembali Dengan Imam

Bertemu Kembali Dengan Imam
Muhammad Najib, Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Karya: Muhammad Najib, Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

SERI-35

Hajinews.id – Kokok ayam terdengar bersahutan. Suaranya yang nyaring melengking membuat Mujahid terjaga dari tidurnya. Udara dingin dan didorong angin sepoi-sepoi terasa menusuk sekujur tubuhnya. Bau apek bantal tipis tanpa sarung yang sudah pudar warnanya tiba-tiba terasa menusuk hidungnya. Mujahid mengangkat kepalanya menjauhi bantal yang entah sudah digunakan oleh berapa puluh kepala yang tak pernah keramas, bahkan juga jarang terkena sinar matahari. Ia duduk bersila di atas tikar plastik alas tidurnya. Tikar itu sudah berlubang di beberapa bagiannya. Mujahid berdiri sambil membuka gulungan sarung yang dikenakannya. Diangkatnya bibir sarung itu setinggi pundak, dan langsung meringkuk. Kepalanya didekatkan ke jendela. Langit ternyata masih gelap.

“Jam berapa, ya? Kalau diperhatikan suara kokok-kokok ayam itu, bisa dipastikan sudah hampir Subuh”, terka Mujahid dalam hati. Instingnya mulai terlatih. Ia mulai bisa memperkirakan datangnya waktu Subuh hanya dari suara kokok ayam dan perubahan suhu udara. Mujahid bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk wudhu. Ia mengusap tangannya ke wajahnya berkali-kali, lalu mengibasngibaskan tangannya agar air yang masih menempel jatuh untuk mengurangi rasa dingin yang menusuk tulang itu.

Suara azan terdengar sayup-sayup, muncul dan menghilang seiring tiupan angin. Maklum daerah ini cukup jauh dari perkampungan Muslim. “Wah, sudah masuk Subuh”, pikirnya. Tangan mujahid meraih handuk yang tergantung di dinding, kemudian digelar, yang menurut perkiraannya, mengarah tenggelamnya matahari agak digeser sedikit ke Kanan, sebagai tempat sujud. “Kata orang, pengalaman pertama memang tidak mudah. Tapi Aku yakin lama kelamaan Aku akan terbiasa”, Ia mencoba menghibur diri sendiri.

Memasuki hari ketiga, Mujahid sudah terbiasa dengan kehidupan dibalik terali besi. Makanan sederhana bukan masalah baginya. Satu hal yang menyiksanya adalah Ia tidak bisa melihat sinar matahari sama sekali. Ditambah lagi, Ia tak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Namun Ia masih terhibur karena diizinkan membawa Al-Quran yang menemaninya saat sunyi. Saat membacanya, Ia merasa seperti berdialog dengan Sang Khalik. Karena itu, setiap kali rasa jenuh hadir, Ia membaca kitab suci itu untuk menghiburnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *