Kultum 12: Hentikan Mencari Kehormatan Semu

Hentikan Mencari Kehormatan Semu
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Penilaian manusia terhadap kita, biasanya dibuat atas dasar apa yang bisa mereka lihat pada diri kita. Dengan demikian, bisa jadi apa yang mereka lihat berbeda dengan apa yang ada dalam hati kita. sebaliknya, kita sendiri juga bisa menampilkan diri sedemikian rupa seperti yang kita kehendaki.

Namun hal yang perlu kita mengerti adalah bahwa Allah Subhanahu wata’ala tidak melihat kesempurnaan fisik maupun kekayaan harta benda. Allah Azza Wajalla melihat apa yang ada dalam hati dan amalan hambaNya. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ

وَلَكِـنْ يَنْظُرُ إِلَى قُــــلُوبِكُمْ وَأَعْمَــالِكُمْ

Artinya:

Sungguh Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, melainkan melihat hati dan amal kalian (HR. Muslim).

Sebagai contoh dari isi hadits di atas, mari kita simak sebuah cerita yang dikutip dari “Masnawi 2: Kisah-kisah Fantastis dari Persia” berikut.

Pembaca yang dirahmati Allah,

Suatu malam, Jalaluddin Rumi mengundang Gurunya Syekh Syamsuddin Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Rumi. Setelah semua hidangan makan malam siap, Syamsuddin berkata pada Rumi,

“Apakah kau bisa menyediakan minuman khamr (arak) untukku?”

Rumi kaget mendengarnya, “Memangnya Guru minum khamr?” “Iya”, jawab Syamsuddin. Rumi masih terkejut, “Maaf, saya tidak mengetahui hal ini”. Syamsuddin melanjutkan, “Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”. Rumi berusaha membantah, “Di waktu malam seperti ini, dari mana saya bisa mendapatkan arak?” Syamsuddin mendesak, “Perintahkan saja salah satu pembantumu untuk membelinya”. Rumi menyanggah, “Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.

Syamsuddin kembali mendesak, “Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman arak tersebut”. Rumi masih berusaha menghindar, “Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman arak?”Syamsuddin tidak mau kalah, “Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”.

Karena kecintaan pada Guru Syamsuddin, akhirnya Rumi memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.

Sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya. Namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.

Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat membeli botol minuman kemudian ia sembunyikan di balik jubah lalu keluar. Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Rumi di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.

Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak, “Wahai jamaah sekalian! Syeikh Jalaluddin Rumi yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman keras!” Orang itu berkata demikian sambil menyingkap jubah Rumi.

Khalayak melihat botol yang dipegang Rumi. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!”, orang itu berteriak lantang dan provokatif. Orang-orang mulai marah besar, kemudian bergantian meludahi muka Rumi dan memukulinya hingga surban yang ada di kepalanya lengser ke leher.

Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi, hingga ada juga yang berniat membunuhnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *