Kultum 14: Yvonne Ridley, Menjadi Mu’allaf Setelah Ditawan Taliban

Yvonne Ridley
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Nama Yvonne Ridley, mantan editor dan jurnalis Inggris, mencuat setelah beberapa kali wawancara dengan beberapa sumber berita, baik media tulis maupun media elektronik. Sebelum menjadi mu’allaf, sebenarnya sudah cukup dikenal, khususnya di kalangan jurnalis. Dia adalah wartawati Sunday Express London, dan editor senior untuk website Al-Jazeera yang berbahasa Inggris di Qatar sebelum kembali ke Inggris Raya. Yvonne juga penulis “Taliban Telah Tumbuh & Berkembang dalam Kebijakan & Fisik: Kita Akan Lihat Pergerakan Rakyat Afgan yang Lebih Dewasa”. Berita harian ini bisa diakses di: sabcnews.com.

Menurut Yvonne, banyak orang yang salah dalam memandang Islam dikarenakan berbagai propaganda. Sebagai editor dan wartawati, dia juga tidak terkejut ketika banyak media yang bereaksi ‘histeria’ terhadap keputusannya menjadi Muslim. Banyak artikel di media yang menulis tentang dirinya dengan nada sinis.

Ada jurnalis yang menuduhnya menderita Stockholm Syndrome (syndrome berupa respon emosional seorang tawanan karena mempunyai feeling yang positif terhadap orang yang menangkapnya), karena pernah ‘diculik’ dan ditahan Taliban selama 10 hari. Yvonne mengatakan perjalanan spiritual yang dilaluinya adalah urusan pribadi. Namun saat itu (awal 2000an), berita ini sudah menjadi rahasia umum. Inilah yang membuat Yvonne memutuskan untuk berbagi pengalaman tentang Islam untuk mencegah kesalahpahaman lebih lanjut.

Yvonne berkenalan dengan Islam secara tidak terduga ketika ia harus ditahan oleh Taliban dengan tuduhan memasuki Afghanisatan secara illegal. Suatu hari selama di penjara, Yvonne dikunjungi seorang Mullah yang bertanya tentang Islam kepadanya, apakah dia ingin menjadi seorang Muslim. Pada saat itu, ia mengaku sangat ketakutan.

“Selama lima hari saya berhasil menghindari topik agama. Jika saya memberikan jawaban yang salah, saya yakin saya akan dilempari batu sampai mati”. Namun setelah dipikir dengan hati-hati, Yvonne malah berterima kasih atas tawaran Mullah tersebut.

Menurutnya, Mullah tidak bersikap memaksa, dan Yvonne mengatakan dirinya sulit membuat keputusan karena sedang dalam tahanan. Namun dia berkata dalam hati bahwa dia akan mempelajari Islam jika dibebaskan dan kembali ke London. Beberapa hari kemudian dia dibebaskan atas perintah Mullah Umar, pemimpin spiritual Taliban.

Para ‘penculik’ itu, menurut Yvonne, memperlakukan dirinya dengan sopan dan hormat. Sebagai gantinya, ia menetapi janji untuk mulai mempelajari Islam. “Ini seharusnya merupakan studi akademis, dari membaca halaman ke halaman, saya menjadi lebih terkesan dengan apa yang saya baca”, katanya. Yvonne juga meminta nasihat dari akademisi Islam terkemuka, salah satunya Zaki Badawi. Ia juga diberi beberapa buku oleh Sheikh Abu Hamzah AI-Masri yang ditemuinya setelah berbagi platform dalam debat Oxford Union.

Yvonne merasa beruntung telah mendapat dukungan dan pengertian dari saudara-saudari Muslim lainnya. Tidak ada yang memaksa dirinya menjadi seorang Muslim. Justru yang perlu dicatat adalah “meski merasa tidak ada tekanan untuk menjadi Muslim, tekanan nyata untuk menjauh dari Islam justru datang dari beberapa teman dan jurnalis”.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *