Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-37): Belajar Berwirausaha

Belajar Berwirausaha
Muhammad Najib, Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

SERI-37

Hajinews.id – Wajah Nur Jannah tampak bergairah saat kembali ke rumah setelah mengunjungi sang Suami. Ia seperti mendapatkan kembali semangat hidupnya yang sempat hilang. Ia langsung Merapi-rapikan tumpukkan pakaiannya dan pakaian Anak-anaknya. Ia mengumpulkan pakaian kotor, lalu memindahkannya ke kamar mandi. Yang bersih Ia tempatkan ke dalam keranjang untuk disetrika. Setelah selesai disetrika, Ia tumpuk pakaian itu di lemari dengan rapi. Nur bergegas ke belakang untuk mencuci pakaian yang masih kotor.

“Sudahlah, Nur. Kamu rendam saja dulu. Istirahatlah. Besok pagi saja nyucinya. Toh hari sudah gelap, sudah tidak ada panas lagi”, nasehat mertua perempuannya dengan perasaan haru bercampur sayang.

“Iya, Bu”, jawab Nur sambil membilas tangannya yang masih diselimuti busa deterjen.

Diam-diam Pak Bisri memperhatikan perubahan mendadak sikap sang menantu. Sebelum menjenguk suaminya, Nur lebih banyak mengurung diri di kamar, sampai-sampai urusan Anaknya pun tidak dipedulikan. Pak Bisri memanggil Istrinya, saat Nur menemani Anakanak di tempat tidur.

“Bu, pelan-pelan nanti tanyakan keadaan Mujahid kepada si Nur! Barangkali ada pesan-pesan yang Ia sampaikan”, saran Pak Bisri.

“Ya. Tapi harus hati-hati, Pak. Bukankah sekarang Ia sudah mulai membaik? Jangan sampai pertanyaan-pertanyaan Kita justru membuatnya murung kembali”.

“Maksud Bapak justru itu, agar Dia segera pulih”, timpalnya.

“Bapak penasaran ingin segera tahu apa saja yang dikatakan Mujahid kepada Istrinya, kok begitu kuat pengaruhnya. Ibu lihat kan, ada perubahan mendadak sebelum dan sesudah Ia menjenguk suaminya?”, kata Pak Bistri menjelaskan.

“Kapan Kamu akan menjenguk kembali suamimu, Nak?”, sapa Bu Bisri kepada sang menantu saat memasuki dapur.

“Belum dipastikan, Bu”, jawab Nur singkat.

“Bagaimana keadaanya?”.

“Mas Mujahid baik-baik saja”.

“Ada pesan untuk Ibu dan Bapak?”, rayu Bu Bisri memancing

“ Rasanya tidak ada pesan khusus”.

“Untuk Anak-anakmu, barangkali?”, kejarnya.

“Ia ingin Anak-anak sukses masa depannya. Ia ingin agar sekolah anak-anak segera diurus, Selain itu Ia berpesan agar Saya berbaik sangka terhadap rencana Allah. Ia sangat percaya dengan takdir, akan tetapi katanya takdir baik baru datang bila diikuti usaha”.

“Kita harus membantunya meraih impian indah itu”, bisik Bu Bisri yang sudah mulai mengerti rahasia di balik semangat sang menantu.

“Tapi bagaimana caranya, Bu?”, tanya Nur dengan wajah ragu.

Sambil tersenyum Bu Bisri berkata, “Hmm, Kamu lupa kalau Kamu pandai membuat kue?”.

Bu Bisri berusaha mengingatkannya sambil menghibur. Diperhatikannya wajah sang menantu, dan tidak buru-buru melanjutkan pembicaraannya.

“Dulu saat di kampung Saya suka membantu Ibu membuat kue, tapi sudah lupa semua. Lagi pula apa hubungannya membuat kue dengan masa depan Anak- Anak?”, tanya Nur belum bisa menangkap maksud Bu Bisri.

“Kamu coba ingat-ingat dulu. Besok Kamu coba satu per satu, nanti Ibu yang membantu”, hibur Bu Bisri.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *