Kisah Abu Nawas: Ketika Abu Nawas Jawab Pertanyaan “Siapa Pencipta Tuhan?”

Ketika Abu Nawas Jawab Pertanyaan "Siapa Pencipta Tuhan?"
Ketika Abu Nawas Jawab Pertanyaan "Siapa Pencipta Tuhan?"
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Saat itu kota Bagdad sedang bergolak karena kehadiran orang asing, masalahnya bukan orangnya. Melainkan orang asing tidak percaya akan keberadaan Tuhan. Selain itu, ia juga mengajak umat Islam untuk berdebat dengannya tentang keberadaan Tuhan. Berita ini pun sampai ke telinga raja. Karena dianggap mengganggu masyarakat, orang asing ini diundang ke istana.

Apa tujuanmu membuat onar di negeri kami, tanya baginda raja. Orang asing ini menjawab, untuk apa aku bertuhan, kalau tidak bisa menjawab pertanyaanku. Kemudian baginda raja bertanya kembali, apakah kamu tidak percaya adanya Tuhan? Dengan tegas dan percaya diri orang asing ini menjawab, tentu saja saya tidak percaya adanya Tuhan dan saya juga tidak percaya adanya akhirat. Mendengar jawaban tersebut. Baginda raja sempat terkejut. Tetapi saya dan rakyatku percaya adanya Tuhan. Berarti keyakinan kita berbeda. Jadi jangan ganggu rakyatku.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kalau baginda raja percaya adanya Tuhan bisakah baginda menjawab tiga pertanyaanku. Pertanyaan pertama, orang Islam yakin bahwa dunia dan isinya adalah ciptaan Allah, lalu siapa yang menciptakan Allah? Bukankah sesuatu yang ada pasti ada penciptanya. Pertanyaan kedua, katanya di dalam surga manusia tidak akan buang air besar, sedangkan mereka makan dan minum tiap hari. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Padahal segala sesuatu yang akan dimasukkan pasti akan keluar. Pertanyaan ketiga, orang Islam meyakini bahwa setan terbuat dari api, tapi katanya setan akan disiksa dengan api neraka. Mana mungkin api bias menyakiti api?

Mendengar pertanyaan orang asing tersebut. Baginda raja hanya terdiam, bias saja baginda raja menjawabnya berdasarkan hadist dan al-qur’an. Tetapi yang dihadapi adalah orang yang tidak percaya Tuhan. Maka dijawabnya harus dengan logika, kemudian salah satu menterinya membisikkan kepada baginda raja. Menteri tersebut berkata, baginda kalua soal seperti ini serahkan saja kepada Abu Nawas. Ia pasti bisa menjawab segala pertanyaan yang diajukan orang asing ini.

Maka tak lama kemudian dipanggillah Abu Nawas ke istana. Setelah dijelaskan mengenai pertanyaan orang asing yang tidak percaya Tuhan ini. Setelah duduk dihadapan orang asing ini, Abu Nawas kemudian berkata, silahkan apa yang ingin kau tanyakan? Pertanyannya pun sama seperti pertanyaan yang diajukan kepada baginda raja, yakni siapa pencipta Tuhan? Mendengar pertanyaan itu, Abu Nawas kemudian berkata, anda pasti tahu kalua kami selaku orang Islam mengakui hanya ada satu Tuhan, kita istilahkan saja Tuhan dengan angka satu. Sekarang gentian aku yang bertanya. Angka tiga berasal dari angka berapa? Tanya Abu Nawas. Angka tiga berasal dari angka dua ditambah satu, jawab orang asing tersebut. Tepat sekali kalua angka dua berasal dari angka berapa? Angka dua berasal dari angka satu ditambah satu. Benar sekali, sekarang kalau angka satu sendiri berasal dari angka berapa? Orang asing tersebut, kaget dengan pertanyaan itu. Ia hanya terdiam tak bisa menjawabnya.

Kemudian Abu Nawas berkata, pada intinya semua angka pasti ada awalnya, entah itu angka lima, angka empat, ataupun angka sepuluh. Dan angka-angka tersebut diibaratkan alam semesta ciptaan Allah. Apa bila kamu bertanya siapa yang menciptakan Allah? Sama halnya, saya bertanya dari mana angka satu itu ada? Kamu pasti tidak akan bisa menjawabnya. Orang asing itupun langsung terdiam dan merenungi kata-kata Abu Nawas. Untuk jawabanmu yang pertama masuk akal juga. Sekarang untuk pertanyaan kedua, bagaimana mungkin manusia bisa buang air besar di surga?

Abu Nawas kemudian menjawab, selama kamu dalam kandungan rahim ibumu. Tentunya kamu makan dan minum. Karena menurut ilmu medis, seorang janin memakan sesuatu yang dimakan ibunya. Lalu ketika kamu dalam kandungan ibumu selama sembilan bulan. Apakah kamu pernah buang air besar? Untuk kedua kalinya pertanyaan ini bisa dipatahkan oleh Abu Nawas. Sekarang pertanyaan terakhir, bagaimana mungkin api bisa menyakiti api?

Sebelum pertanyaan terakhir aku jawab, ujar Abu Nawas. Kita harus berjanji kamu tidak boleh marah. Tentu saja saya tidak akan marah, jawab orang asing tersebut. Tiba-tiba Abu Nawas menampar pipi orang asing itu dengan sangat keras. Hei apa-apaan ini, kalau tidak bisa menjawab jangan emosi, ujar orang asing itu. Siapa yang emosi, jawab Abu Nawas, itu tadi adalah jawaban saya. Apakah tadi kamu merasakan sakit? Tentu saja sakit, coba kamu perhatikan tangan saya (Abu Nawas). Bukankah tangan saya terbuat dari tulang dan daging. Begitu juga dengan pipi kamu. Tapi ketika tangan saya menampar ke pipi kamu, kamu langsung kesakitan. Itulah gambaran sederhana, kalua api neraka bisa menyakiti setan, setan pasti akan merasa kesakitan. Meskipun ia sama-sama terbuat dari api.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *