Apa Nanti di Akhirat Kelak Orang akan Mengingat Kehidupannya di Dunia?

di Akhirat Kelak Orang akan Mengingat Kehidupannya di Dunia
di Akhirat Kelak Orang akan Mengingat Kehidupannya di Dunia
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Kehidupan setelah kematian dimulai setelah berakhirnya kehidupan duniawi, seperti yang dikatakan para ahli tafsir dalam kitabnya. Jadi, apakah orang mengingat kehidupan akhirat dunia di akhirat kelak?

Adapun akhirat sendiri disebutkan dalam Al-Qur’an, termasuk apakah manusia saling menyapa dan mengingat amalnya selama di dunia. Beberapa penghuni surga disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir berbicara dan mengobrol, dan yang lain menceritakan tentang amal perbuatan mereka dan kondisi mereka di dunia.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hal tersebut dijelaskan melalui firman Allah SWT yang berbunyi,

وَاَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ يَّتَسَاۤءَلُوْنَ ٢٥

Artinya: “Sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertegur sapa.” (QS At Tur: 25)

Imam Ibnu Katsir menafsirkan, para penghuni surga tersebut menceritakan bahwa ketika di dunia mereka selalu dicekam oleh rasa takut kepada Allah SWT, takut terhadap siksa dan azab-Nya. Kemudian Allah SWT memberikan karunia-Nya kepada mereka dan menyelamatkannya dari apa yang mereka takutkan. Sebagaimana Allah SWT berfirman,

قَالُوْٓا اِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِيْٓ اَهْلِنَا مُشْفِقِيْنَ ٢٦ فَمَنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا وَوَقٰىنَا عَذَابَ السَّمُوْمِ ٢٧

Artinya: “Mereka berkata, “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami, adalah orang yang takut (ditimpa azab Allah). Allah menganugerahkan karunia kepada kami dan menjaga kami dari azab neraka.” (QS At Tur: 26-27)

Selain itu, para penghuni surga tersebut juga menceritakan bahwa semasa di dunia mereka berendah diri dan memohon kepada Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman,

اِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوْهُۗ اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ ࣖ ٢٨

Artinya: “Sesungguhnya kami menyembah-Nya sejak dahulu. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Mahaluas kebajikan-Nya lagi Maha Penyayang.” (QS At Tur: 28)

Kehidupan manusia di akhirat yang mengingat dan menceritakan kehidupan mereka semasa di dunia juga disebutkan dalam surah As Saffat. Allah SWT berfirman,

فَاَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ يَّتَسَاۤءَلُوْنَ ٥٠ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ اِنِّيْ كَانَ لِيْ قَرِيْنٌۙ ٥١ يَّقُوْلُ اَءِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدِّقِيْنَ ٥٢ ءَاِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَدِيْنُوْنَ ٥٣

Artinya: “Mereka berhadap-hadapan satu sama lain sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) pernah mempunyai seorang teman yang berkata, ‘Apakah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang membenarkan (hari Kebangkitan)? Apabila kami telah mati (lalu) menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami benar-benar (akan dibangkitkan untuk) diberi balasan?’” (QS As Saffat: 50-53)

Kemudian Allah SWT berfirman,

قَالَ هَلْ اَنْتُمْ مُّطَّلِعُوْنَ ٥٤ فَاطَّلَعَ فَرَاٰهُ فِيْ سَوَاۤءِ الْجَحِيْمِ ٥٥ قَالَ تَاللّٰهِ اِنْ كِدْتَّ لَتُرْدِيْنِ ۙ ٥٦ وَلَوْلَا نِعْمَةُ رَبِّيْ لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِيْنَ ٥٧

Artinya: “Dia berkata, “Maukah kamu menengok (temanku itu)?” Maka, dia menengoknya. Lalu, dia melihat (teman)-nya itu di tengah-tengah (neraka) Jahim. Dia berkata, “Demi Allah, engkau hampir saja mencelakakanku. Sekiranya bukan karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka).” (QS As Saffat: 54-57)

Sehubungan dengan hal ini, ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar Al-Bazzar dalam kitab musnadnya. Dari Salamah ibnu Syabib, dari Sa’id ibnu Dinar, dari Ar-Rabi’ ibnu Sabih, dari Al-Hasan, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ اشْتَاقُوا إِلَى الْإِخْوَانِ، فَيَجِيءُ سَرِيرُ هَذَا حَتَّى يُحَاذِيَ سَرِيرَ هَذَا، فَيَتَحَدَّثَانِ، فَيَتَّكِئُ هَذَا وَيَتَّكِئُ هَذَا، فَيَتَحَدَّثَانِ بِمَا كَانَ فِي الدُّنْيَا، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: يَا فُلَانُ، تَدْرِي أَيَّ يَوْمٍ غَفَرَ اللَّهُ لَنَا؟ يَوْمَ كُنَّا فِي مَوْضِعِ كَذَا وَكَذَا، فَدَعَوْنَا اللَّهَ -عَزَّ وَجَلَّ-فَغَفَرَ لَنَا

Artinya: “Apabila ahli surga telah memasuki surga, mereka merasa rindu kepada teman-teman mereka, maka datanglah (kepadanya) singgasana temannya itu hingga berhadapan dengan singgasananya. Lalu keduanya berbincang-bincang seraya bersandar di singgasananya masing-masing. Keduanya membicarakan masa lalu mereka ketika di dunia; salah seorangnya berkata kepada temannya, “Hai Fulan, tahukah kamu hari apakah Allah memberikan ampunan kepada kita? Yaitu di hari ketika berada di tempat anu, lalu kita berdoa kepada Allah (memohon ampun), maka Dia memberi ampun bagi kita.”

Menurut penelusuran, ada perawi yang tidak dikenal dalam hadits tersebut. Imam Ibnu Katsir mengatakan, menurut Abu Hatim, Sa’id ibnu Dinar Ad-Dimasyqi orangnya tidak dikenal dan gurunya yang bernama Ar-Rabi’ ibnu Sabih dipertanyakan para ulama ditinjau dari segi hafalannya, tetapi dia adalah orang yang saleh dan siqah.

Wallahu a’lam.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *