Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-39): Bantuan Dari hamba Allah

Keputusan Menikah
Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Mujahid membalikkan badannya, kemudian mendekap tubuh istrinya erat-erat. “Jangan suka terburu-buru. Itu bukan cara bijak menyelesaikan masalah!”, kata Mujahid sambil memperhatikan wajah sang Istri.

“Bukan mustahil si pengirim surat betul-betul ikhlas hendak membantu kita”, katanya sambil membelai rambut sang Istri dengan perasaan iba.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Kita harus bersyukur dan berterimakasih. Tapi, Kita juga tidak boleh tergesa-gesa menerima uluran tangan orang”, Mujahid berkata dengan nada berat menasehati istrinya. Mujahid terdiam sejenak, “Tak jarang kreativitas seseorang baru muncul setelah dipaksa oleh keadaan. Kreativitas itu harus digali semaksimal mungkin. Kita jangan buru-buru memadamkan api kreativitas itu. Kesulitan seringkali memaksa orang menjadi kreatif dan pekerja keras, yang kemudian menghantarkannya kepada sukses.”

“Maaf, Mas, saya tidak mengerti maksudnya,” kata Nur dengan nada penasaran.

“Kamu harus sadar, baru saja Kamu menemukan potensi dirimu yang lama tersimpan tanpa Kamu sadari. Ternyata Kamu tidak hanya pandai memasak dan bikin kue, tapi juga punya bakat berdagang. Dan ini yang istimewa“, dengan nada menyanjung.

Nur tersipu mendengar pujian itu yang Ia rasa terlalu tinggi untuk dirinya.

“Saya tidak ingin api kreativitas yang sedang menyala itu mati secara tiba-tiba seperti disiram air karena bantuan atau uluran tangan orang yang membuat Kita bergantung selamanya”.

Nur mengangguk-anggukkan kepalanya pelan tanda mengerti dan setuju.
Tampak wajah keduanya lega.

Mujahid berpikir, saat ini adalah momen yang tepat untuk menyampaikan pertanyaan yang cukup lama Ia simpan. Bukan takut untuk menanyakannya, tapi malu untuk mengutarakannya. Karena, sebagai Suami mestinya itu menjadi tanggung jawabnya.

“Apakah selama ini Kamu merasa masih mampu memikul beban yang ada di pundakmu?”, Mujahid bertanya dengan suara berat.

“Maksud, Mas?”, tanya Nur cepat.

“Penghasilan berdagang kue apakah cukup untuk makan dan biaya sekolah Anak-anak?”.

“Alhamdulillah”, jawab Nur dengan mantap.

Sambil mendekap kembali tubuh istrinya dengan erat, Mujahid berbisik di telinganya dengan maksud menghiburnya, “sudah waktunya Kamu beli telepon genggam untuk meningkatkan pelayanan pelangganmu, agar usahamu lebih cepat besar. Kalau untung agak banyak, jangan lupa memberi bonus pembantu agar Ia semakin rajin. Nur menatap wajah sang suaminya. Ia belum bisa menangkap kalimat terakhir, gayanya mengangkat kepala seolah meminta penjelasan lebih lanjut. Meskipun tidak sepenuhnya faham dengan saran sang Suami, Nur bertekad untuk melaksanakannya

(Bersambung…..)

banner 800x800