Daftar Donatur Palestina
Hajinews.id – Kucing adalah salah satu hewan yang paling disukai manusia. Tingkahnya yang lucu dan imut membuat banyak orang menyukainya.
Namun, ada pendapat berbeda tentang kucing.
Petikan ceramah Ustadz Khalid Basalamah yang menganjurkan untuk tidak memelihara kucing. Tidak salah jika setiap orang memiliki hak untuk mengemukakan pendapat dan pendapatnya. Jika melihat hukum Islam tidak ada masalah dan memelihara kucing diperbolehkan.
Mengapa seseorang disarankan untuk tidak memelihara kucing?
Ustadz Khalid Basalamah menyampaikan anjuran untuk tidak memelihara kucing pada kajian dakwahnya.
“Saran saya jangan pelihara kucing. Walaupun Abu Hurairah pernah memeliharanya, sahabat Nabi cuman beliau. Yang lainnya tidak ada yang memelihara. Tapi memang Nabi tidak tegur. Cuman memang hewan-hewan yang bertaring ini lebih baik tidak dipelihara,” ungkap Ustadz Khalid Basalamah.
Dalam memelihara seekor kucing memang akan ada banyak risiko. Seperti kotoran kucing yang najis, bisa mengotori rumah, dan mengganggu ibadah yang akan kita jalani.
Diperjelas oleh Ustadz Khalid Basalamah bahwa kencing kucing najis. Jika hewan-hewan yang bertaring dilarang dimakan. Kotorannya najis dan najisnya berat sama dengan kencing manusia hukumnya.
Berbeda dengan ayam. Ayam itu hewan yang boleh dimakan. Kotorannya najis maknawi artinya tidak menajiskan kalau dibersihkan sudah tidak ada masalah.
Seperti yang kita ketahui kucing adalah salah satu hewan kesayangan Rasulullah.
Meskipun memiliki beberapa resiko, namun memelihara kucing diperbolehkan dalam Islam.
Seperti kisah Rasullulah yang rela memotong jubah beliau ketika ditiduri Mueza, kucing kesayangan Rasullulah.
Hal ini Nabi lakukan agar tidak mengganggu tidur kucing. Sebagai seorang muslim seharusnya memperhatikan beberapa factor sebelum memutuskan untuk memelihara kucing.
Jangan sampai kucing yang dipelihara disiksa dan diabaikan. Ketahui juga mengenai resiko yang ditimbulkan.
Selain itu daripada memelihara hewan yang mengeluarkan banyak uang, alangkah lebih baik jika digunakan untuk merawat dan memelihara anak yatim.
Setiap orang memiliki pendapat sendiri. Selama dalam Islam diperbolehkan maka hukumnya tidak haram.***
