Tafsir Al-Quran Surat Muhammad ayat 16-19: Hidayah Allah SWT pada Orang yang Hati dan Fikirannya Terbuka

Hidayah Allah SWT
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ta’lim Bakda Subuh
Ahad, 26 Februari 2023

Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita dapat berjumpa lagi dalam rangka meneruskan kajian tafsir Al-Quran Ahad pagi ini tanggal 5 Syaban 1444 H bertepatan dengan tanggal 26 Februari 2023, untuk mendalami ayat-ayat Allah. Insya Allah kita mulai membahas Surat Muhammad ayat 16-19. Mari kita membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan memabaca Surat Muhammad ayat 16-19 secara bersama, yang artinya, “ Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu (Muhammad), tetapi apabila mereka telah keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu (sahabat-sahabat Nabi), “Apakah yang dikatakannya tadi?” Mereka itulah orang-orang yang dikunci hatinya oleh Allah dan mengikuti keinginannya. Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan mereka. Maka apalagi yang mereka tunggu-tunggu selain hari Kiamat, yang akan datang kepada mereka secara tiba-tiba, karena tanda-tandanya sungguh telah datang. Maka apa gunanya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila (hari Kiamat) itu sudah datang? Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu”.

Ayat ini menggambarkan perilaku orang munafik, yang disandingkan dengan perilaku sahabat Rasulullah SAW yang memiliki ilmu dan mendapat hidayah dari Allah SWT. Ternyata ini jauh sekali, karena para sahabat ini semakin bertambah ilmunya dan hidayahnya. Bernar, bahwa dalam setiap dakwah dari Rasulullah SAW, ada orang munafik yang mendengarkan taklim tidak untuk diresapi, tapi untuk dicari-cari kelemahan yang terkandung di dalam Al-Quran dan ajaran islam. Mereka mencari terus menerus kelemahan Al-Quran tersebut, walau pun tidak akan menemukannya, karena Allah SWT akan menjaganya hingga Hari Kiamat. Jika mereka mendengar Rasulullah SAW dan para sahabat membaca Al-Quran, mereka sudah benci dan apriori duluan. Hal yang keluar dari mulutnya adalah ejekan dan cercaan. Hatinya telah dipenuhi berbagai duagaan dan stigma negatif terhadap kaum muslimin dan ajaran islam. Hidayah tidak akan masuk ke dalam hati orang-orang seperti itu. Jika zaman sekarang masih terdapat orang-orang seperti ini, tentu itu bukan sesuatu yang baru. Ciri-ciri khas orang munafik adalah mencari-cari kesalahan dan kelemahan ajaran islam. Mereka sebenarnya telah dikunci mati hatinya untuk mendapat hidayah dari Allah SWT.

Ayat-ayat tentang taqwa di dalam Al-Quran hanya 4-5 ayat. Ayat-ayat tentang orang kafir juga tidak banyak, karena semuanya sudah jelas. Tapi, ayat-ayat tentang orang-orang munafik ini sangat banyak, dengan ciri khas yang paling menyebalkan. Pada zaman Rasulullah SAW, pimpinan orang-orang munafik ini adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, yang sangat terkenal sering mengadu domba kaum muslimin, sering mengacaukan informasi, menambahi-nambahi dan mengurangi informasi yang diterimanya. Kepada si A, dia berbicara hal tertentu, tapi kepada si B, dia berbicara hal lain lagi. Semua informasi nyaris diputarbalikkan untuk kepentingan hawa nafsunya sendiri. Ketika Abdullah bin Ubay jatuh sakit dan meninggal, anaknya yang bernama Abdillah bin Abdullah bin Ubay meminta kain kafan kepada Rasulullah SAW untuk dipakai Ayahnya dan meminta Rasulullah SAW menyalatkannya. Rasulullah SAW memenuhi keinginan anaknya tersebut. Kemudian, Allah SWT menurunkan ayat yang melarang menyalatkan orang munafik dalam Surat At-Taubah ayat 84, “Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik”.

Ada tambahan 4 hidayah dari Allah SWT kepada orang-orang yang sering membaca Al-Quran dan mendatangi majelis ilmu. Pertama, tambahan ilmu pengetahuan, meresap ke dalam qalbu dan menjadi pengetahuan baru. Ilmu dari Allah SWT tersebut diperoleh karena tambahan hidayah. Kedua, tambahan amal, dari pengetahuan yang dimilikinya, sesorang cenderung untuk mengamalkan atau melaksanakannya. Misalnya, kita mendengar tentang urgensi untuk bergaul dengan orang-orang beriman, kita terdorong untuk bergabung atau bergaul dengan orang-orang beriman tersebut. Dalam berjuang itu harus bersama-sama, karena berjuang sendirian tidak akan efektif, sehingga kita dilanjutkan untuk berjuang dengan teman dan sahabat yang satu visi perjuangan. Ketiga, tambahan bashirah, tidak sombong, hatinya mudah tersentuh, memiliki kepekaan dan sensitivitas serta kepedulian terhadap sesama muslim. Jika mendengar berita tentang penderitaan ummat islam, orang yang telah mendapat hidayah itu seakan langsung bergerak untuk membantunya, tanpa terlalu banyak alasan. Keempat, hidayah kelapangan hati, mudah untuk berbuat kebaikan, mudah menolong orang lain. Perhatikan Surat Al-An’am 125. “Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”.

Orang-orang yang tidak mendapat hidayah hatinya cenderung hasud. Dia memandang orang lain, hanya terlihat kesalahannya. Sebaliknya, jika dia melihat diri sendiri, yang terlihat hanya kelebihan dan kehebatannya. Demikian dengan orang munafik, mereka cenderung sombong dan ujub, senantiasa melihat rendah orang lain dan melihat tinggi diri sendiri. Di dalam hatinya terdapat kotoran syetan, yang senantiasa menghalangi penghalihatannya terhadap perjuangan kaum muslimim. Syetan masuk ke dalam hati, sehingga sangat sulit untuk diperbaiki. Ingat Hadist Rasulullah SAW, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging. Jika jika dia baik, maka jasad itu akan menjadi baik. Dan sebaliknya, jika dia buruk, maka jasad itu akan menjadi buruk. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah qalb yaitu hati.”.

Penyakit jasmani lebih sering masih dapat diobati, dengan bantuan dokter atau tenaga medis lain. Penyakit hati itu sulit diobati, karena tidak ada dokter yang langsung mampu menanganinya. Orang yang terlanjur memilii penyakit hati akan senang jika orang lain mendapat musibah dan tidak senang jika orang lain mendapat kenikmatan. Hatinya cenderung hasud dan dengki. Dia tidak merasa bahwa melakukan hasud itu buruk, bahkan bangga untuk melakukannya. Mengapa hati dan telinga itu sampai tertutup? Pertama, banyak harta haram di dalam tubuhnya. Misalnya, harta hasil korupsi, sehingga konsumsi atau makanannya berasal dari harta haram tersebut. Kedua, banyak kesaksian palsu, yang sengaja disampaikan begitu, yang bertentangan dengan hal yang sebenarnya. Ketiga, sering memutuskan silaturrahmi, karena kepentingan duniawai. Hubungan kekeluargaan terputus hanya berbeda kepentingan yang malas untuk didiskusikan atau dipecahkan bersa,a. Keempat, semakin sedikit kepemurahan, semakin pelit. Kelima, sering mencela orang lain, yang terkadang berasal dari bergurau atau ketidaksengajaan. Obat penyaakit hati adalah kita kembali kepada ajaran Allah SWT. Ketahuilah, dengan ilmu dan tauhid kepada Allah, insya Allah semuanya akan dapat dipecahkan. Jika ada orang muslim yang mempermasalahkan orang-orang yang sering pergi ke pengajian, kita perlu mendoakan semoga hatinya mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Barangsiapa yang beristighfar kepada Allah untuk orang banyak, sesama muslimin dan mu;minat, maka Allah SWT akan menuliskan setiap istighfar yang disampaikan tesebut. Misal dalam do’a “Allahummaghfir lil muslimin wal muslimat, wal munimnin wal mu’minat dst”, walau tanpa disebutkan orang atau tujuannya, Allah SWT akan mencatat sebagai amal kebaikan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *