Kultum 29: Warisan Rasulullah yang Harus Diperebutkan

Warisan Rasulullah
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Para Sahabat yang mendengar berita kematian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menangis di masjid Nabi. Sehari setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, para sahabat menyiapkan segala sesuatu untuk pemakaman orang yang sangat mereka cintai. Ketika hendak memandikan jenazah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka bingung dan berselisih, apakah mereka harus membuka pakaian Rasulullah seperti yang biasa mereka lakukan pada jenazah yang lain.

Dalam kepanikan itu, Allah Azza wa Jalla memberikan rasa kantuk kepada mereka semua, lantas mereka mendengar ada orang yang menyuruh mereka untuk memandikan jenazah beliau dengan tanpa melepas pakaian beliau. Tak seorangpun tahu siapa dan dari mana suara itu. Akhirnya, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu memandikan jenazah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dibantu beberapa sahabat lainnya. Mereka membasahi jenazah beliau dengan lembut tanpa melepas baju yang dikenakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu mendapatkan kemuliaan untuk menggosok-gosok jasad beliau dengan lembut. Ali Radhiyallahu ‘anhu bercerita, “Saya terus memperhatikan jenazah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan teliti, saya tidak mendapatkan apapun. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu dalam keadaan baik, ketika masih hidup maupun ketika sudah wafat”.

Setelah dimandikan, jenazah Rasulullah dikafankan dengan tiga lapis kain berwarna putih. Beliau tidak dipakaikan baju maupun surban. Lalu para Sahabat menshalati beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri-sendiri tanpa ada seorang imam. Shalat itu diawali oleh kaum laki-laki dewasa, kemudian anak-anak kecil, lalu para wanita dan terakhir para budak.

Rasulullah dimakamkan pada Rabu ditempat beliau wafat yaitu di rumah ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anhuma yang berada di luar masjid Nabawi kala itu. Ketika hendak menggali kubur Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, para para sahabat berselisih lagi, kali ini tentang bagaimana kuburan Rasulullah. Setelah dilakukan shalat Istikharah untuk memohon petunjuk kepada Allah Azza wa Jalla, mereka mengirim utusan kepada dua orang penggali kuburan itu.

Akhirnya, siapapun diantara dua orang ini yang datang, maka dialah yang menggali kubur Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan caranya sendiri. Ternyata yang lebih dahulu datang adalah orang yang biasa menggali kuburan dengan ditambahkan lahat. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari peristiwa wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ini. Sebagai kekasih Allah, beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam juga tetap wafat.

Andai ada manusia diberi hak hidup kekal di dunia, tentulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling berhak untuk itu. Akan tetapi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengalami kematian, bahkan juga mengalami sakaratul maut yang luar biasa. Allah Subahanahu wata’ala berfirman,  كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ  setiap jiwa pasti akan mengalami kematian (QS. Ali ‘Imran, ayat 185). Berbahagialah yang pandai mengambil pelajaran.

Selain itu, pelajaran yang bisa kita ambil adalah ta’ziyatul Muslimin (menghibur hati kaum Muslimin) ketika saudara sesama Muslim tertimpa musibah, apalagi kematian. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia, siapapun diantara manusia atau kaum Mukminin yang tertimpa musibah, maka hendaklah dia menghibur dirinya dengan musibah yang menimpanya akibat kematianku untuk menghilangkan kesedihannya akibat musibah yang menimpanya karena kematian orang selainku. Karena sesungguhnya, tidak ada seorangpun dari umatku yang akan tertimpa musibah yang lebih dahsyat daripada musibah kematianku”.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *