Anies di Australia

Anies di Australia
Anies di Australia
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Hajinews.idAnies Baswedan melakukan kunjungan resmi ke Australia pekan ini atas undangan pihak Australia. Anies berbicara di depan beberapa pertemuan yang digagas oleh kalangan pemerintahan, bisnis, dan kampus. Anies berbicara mengenai berbagai topik besar, mulai dari pendidikan, politik, demokrasi, dan ekonomi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Anies berbicara mengenai isu yang sensitif seperti demokrasi dan pembangunan. Dalam forum kuliah umum di Australian National University (ANU) Canberra Anies menegaskan pandangannya bahwa pembangunan ekonomi dan demokrasi bisa berjalan seiring, tanpa harus ada yang saling mengalahkan.

Pernyataan Anies itu merespons pendapat banyak pengamat yang menyatakan bahwa sekarang ini demokrasi sedang berada pada proses kemunduran di berbagai belahan dunia. Salah satu alasannya adalah munculnya fenomena baru, yaitu model pembangunan non-demokratis yang menunjukkan hasil yang bagus dan menarik semakin banyak penganut.

Fenomena pembangunan non-demokratis ini dipraktikkan di China dan terbukti sukses besar. Dalam 10 tahun terakhir China di bawah kepemimpinan Xi Jinping berhasil menunjukkan kemajuan ekonomi yang mengagumkan. China menjadi kekuatan ekonomi global yang tangguh dan bisa tumbuh secara konsisten setiap tahun. China menjadi negara penantang dominasi Amerika Serikat sebagai super power global.

Kepemimpinan China dalam konstelasi global semakin kuat dengan munculnya program Belt and Road Initiative yang bertujuan menyatukan wilayah-wilayah Asia, Afrika, dan Eropa dalam satu jaringan infrastruktur yang menyatu. Program ini merupakan reinkarnasi dari proyek Jalan Sutera atau Silk Road abad ke-19.

Jalan sutera menjadi rute perdagangan internasional yang ditempuh oleh saudagar-saudagar China menembus jalan dari Asia, Afrika, sampai ke Eropa. Program ini dihidupkan kembali oleh Xi Jinping dalam bentuk Belt and Road Initiative secara agresif. Program ini berhasil membangun jaringan jalan tol dan infrastruktur bandara dan pelabuhan laut yang menembus Afrika dan Eropa.

Pertumbuhan ekonomi China yang mengagumkan di bawah Xi Jinping ini harus dibayar mahal dengan ongkos demokrasi. Pembangunan ekonomi dijalankan secara liberal, tetapi kendali politik tetap dikekang dengan cara yang sangat represif. Ketika terjadi benturan antara demokrasi dan pembangunan ekonomi, Xi Jinping tidak pernah ragu memilih pembangunan ekonomi dan memberangus demokrasi.
Berbagai penangkapan dan pembungkaman dilakukan terhadap aktivis demokrasi di China. Apa yang terjadi terehadap taipan China Ma Yun—lebih dikenal sebagai Jack Ma—bisa menjadi contoh bagaimana pemerintah China tidak pernah ragu menerapkan kontrol keras terhadap suara yang dianggap membangkang.

Manusia sekelas Jack Ma–yang berhasil membangun prusahaan Ali Baba menjadi perusahaan trans-nasional yang disegani di Eropa dan Amerika—dikerangkeng oleh pemerintah China ketika dianggap mengancam kepentingan negara. Jack Ma dikabarkan menghilang dalam waktu cukup lama karena diculik agen pemerintah untuk diamankan. Tidak ada keterangan resmi apapun mengenai kasus ini. Desas-desus yang berkembang menyatakan bahwa Jack Ma membuat Xi Jinping marah karena merasa kekuatan bisninya lebih besar dari negara.

Pembangunan ekonomi harus dibayar dengan kemunduran ekonomi. Itulah yang menjadi perdebatan selama ini. Di Indonesia, hal itu terjadi selama 32 tahun pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Ketika itu Soeharto fokus pada pembangunan ekonomi yang membutuhkan stabilitas politik sebagai prassyarat utama. Soeharto kemudian memakai tangan besi untuk memberangus kebebasan politik demi pembangunan ekonomi.

Hasilnya, dari sisi ekonomi Indonesia moncer sebagai kekuatan ekonomi baru di Asia. Tetapi, kemunduran demokrasi menimbulkan kekecewaan yang meluas. Ibarat api dalam sekam yang menunggu terbakar, rezim Soeharto akhirnya tumbang diterjang oleh krisis moneter, yang menghancurkan seluruh hasil pembangunan ekonomi Orde Baru.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *